Mohon tunggu...
andi petta bone
andi petta bone Mohon Tunggu... -

Membaca dan menulis yang benar dan sopan adalah pekerjaan mulia.Sampaikanlah apa yang kamu baca dan kau alami walau sedikit namun benar dan etik, daripada kamu diam, membisu, sehingga kamu benar-benar tampak lebih mulia dimata Tuhamu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seimut Kisah Kepemimpinan dari Kota Manado 2008

21 Desember 2016   13:49 Diperbarui: 21 Desember 2016   13:59 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari tu,  jam menunjukkan pukul 10.45 waktu kota Manado.Seperti biasa, saya  mengamati hasil penjualan rokok X Mild para salesman kanvas di ruang kerja.

Pengamtan data penjualan  kerap saya lakukan guna  menemukan titik kelemahan tim sales  dalam meningkatkan penjualan produk  di minggu ke tiga.Dari sini saya bisa menemukan obat mujarab mendongkrak penjualan pada minggu terkhir bulan berjalan.

Betua saja, saya menemukan 8 toko type grosir non repeat order.  Empat toko dibawah domain Agus Lapian,  dan 4 toko domain Deni Morong.Semuanya toko luar kota.Akibatnya, omzet minggu dua drop sekitar 65 juta.Lumayan banyak.

Tetapi disaat saya hendak menelpon Agus yang kebetulan sedang berada di Kotabunan.Tiba-tiba   pintu ruangan saya digedor.Tak seperti biasa.Kali ini ketukannya seperti ketukan polisi yang sedang melakukan penggrebekan. Pak..pak..pak..!!

Sambil berjalan mendekti pintu,dalam hati saya berkata,"Tamu yang datang kali ini past ilah sedang emosi.Tapi siapa yah?".

Ternyata yang datang Sudara Eman,salesman kanvas khusus dalam kota Manado,yang saya pecat minggu lalu.Terang saja karena Eman,sesuai hasil investigasi tim audit, terbutkti tidak menyetor uang tagihan satu toko di Jln.Sam Ratulangi (SAMRAT).

Uang serotoran toko 325 ribu masuk kantong pribadi.Ya benar, Eman korupsi.Begitulah.

Entah apa maksud Eman menemui saya hari itu.Tapi kuat dugaan saya,  Eman datang untuk menyampaikan  keberatanya pada managemen yang langsung mengambil tindakan cut off" padanya. Ia merasa dierlakukan tidak adil oleh managemen.

Dugaan saya tidak meleset.

Setelah saya persilahkan duduk.Tak perlu lama Eman langsung memukul meja saya.Brak..brak...brak...!!.Tentu saja saya kaget.Tapi, saya cepat mengendalikan perasaan dengan memeberikan senyum padanya.

"Ok Pak Eman.Silahkan bicara.Keluarkan semua unek-unek di sini.Saya akan mendengarkan baik-baik", begitu saya membuka pembicaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun