Mohon tunggu...
Wandi Hartoyo
Wandi Hartoyo Mohon Tunggu... -

SABAR TANPO SULOYO

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

kebiadaban para penjajah !

18 Agustus 2011   06:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:40 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah kalian, bahwa pembantaian paling termashyur pada abad modern terjadi di Bumi Nusantara? Pada masa kependudukan VOC di Nusantara, tercatat bahwa VOC melakukan pembantaian terhadap pihak-pihak yang tidak mengangkat senjata. Kejadian ini terjadi dua kali, yaitu di Banda tahun 1621 dan di Batavia tahun 1740. Pembantaian Banda 1621 Pada tahun 1621, VOC datang ke Banda, Maluku, untuk mengontrol monopoli perdagangan rempah-rempah. Pada saat itu, Banda merupakan produsen pala, dan VOC bernafsu untuk menguasai semuanya. Dibawah pimpinan JP Coen, VOC datang dengan membawa armada yang terdiri dari 13 kapal besar, tiga kapal pengangkut perlengkapan serta 36 kapal kecil, pasukannya terdiri dari 1.655 orang Eropa (150 meninggal dalam perjalanan) dan diperkuat dengan 250 orang dari garnisun di Banda. Selain itu, terdapat juga berpuluh-puluh orang Ronin (samurai tak bertuan) yang khusus direkrut untuk menjadi algojo. JP Coen Dalam waktu singkat, perlawanan rakyat Banda dapat dipatahkan oleh tentara Belanda. Penduduk kepulauan Banda yang tidak tewas, ditangkap. Malangnya, mereka kemudian dibantai oleh para algojo-algojo Belanda. Setelah semua peristiwa itu berakhir, banyak penduduk Banda yang diasingkan, dijual sebagai budak, atau kabur ke pulau lain. Pada saat JP Coen mengumumkan penaklukkan Banda dari atas kapalnya, penduduk pulau itu berjumlah 14.000 orang. Dan setelah peristiwa pembantaian naas itu, jumlah penduduknya hanya tinggal 480 orang! rakyat Banda ketika dieksekusi Pembantaian Tionghoa Batavia Di Batavia, peristiwanya hampir mirip. Pada mulanya, orang Belanda mengundang orang Tionghoa datang ke Batavia untuk menjadi kuli-kuli perkebunan (kuli mengacu kepada budak etnis tionghoa). Tapi lama kelamaan, banyak dari mereka yang sukses menjadi pedagang dan punya kedudukan ekonomi yang kuat di Batavia. Pada tahun 1740, pasaran gula jatuh dan hal ini menyebabkan kuli-kuli yang biasa bekerja di pabrik-pabrik gula menganggur dan banyak yang beralih profesi menjadi seorang kriminalis. Selain itu, orang Tionghoa yang kaya tidak begitu terpengaruh akan jatuhnya harga gula tersebut. Di Batavia juga terdengar desas-desus bahwa akan terjadi pemberontakan oleh orang Tionghoa karena melihat Batavia agak melemah, karena itu Belanda melancarkan aksi duluan dengan membunuh setiap etnis Tionghoa di Batavia di bawah Baron van Imhoof. Baron van Imhoof

Sekitar 24.000 etnis Tionghoa tewas dalam pembantaian massal itu, mayat-mayat mereka dibuang ke sungai kali besar yang sekarang sudah kotor itu. Pada saat peristiwa itu terjadi, Baron van Imhoof mengamati keadaan dari gedung yang kita kenal sebagai toko merah sekarang di kota tua. Setelah itu, etnis Tionghoa tidak begitu dominan lagi pengaruhnya di Batavia. pembantaian etnis Tionghoa Batavia
Amboyna Massacre (1623)
Pembantaian yang berskala besar ini, merupakan pembantaian terbesar yang dilakukan oleh bangsa Eropa pada awal abad modern! bahkan Eropa sendiri tercengang setelah mengetahuinya. Inggris sendiri mengecam tindakan Belanda ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun