Sebuah hari yang tak pernah dilupakan oleh kita semua, secara khusus untuk kaum hawa yang telah menjadi seorang ibu. Ya… “Hari Ibu” sebuah julukan yang sekalipun tidak tertera dalam kalender tetapi selalu diingat dan dikenang. Ada yang membuatnya menjadi hari special dengan memberikan sebuah kado istimewa untuk sang bunda. Ada juga yang mengingat dan merenungkan dalam hati bagaimana perjuangan seorang ibu dalam kehidupannya. Tetapi, di lain sisi, juga ada yang “Cuek Habis” tanpa mempedulikan maknanya sekalipun.
Mengutip sebuah ayat dari Kitab Suci, bahwa awal diciptakannya “Hawa” adalah ketika Sang Maha Kuasa melihat“Adam” sendirian di taman yang begitu luas, indah dan segudang mahluk hidup di dalamnya. Sang Kuasa berkata,”Aku akan memberikan kepadamu seorang PENOLONG, agar dapat mengelola bumi ini dengan segala isinya dan beranak-cucu memenuhi dunia ini.Jadi, maksud dan tujuan diciptakannya wanita adalah untuk menolong pria.
Sebagai seorang penolong, secara logika kita akan berpikir bahwa mereka jauh lebih kuat dari yang di tolong. Benarkah? Mari kita lihat bersama berdasarkan penelitian para ilmuwan tentang beda seorang laki-laki dan perempuan. Salah satunya adalah berkaitan dengan fungsi otaknya. Manusia diciptakan Tuhan dengan otak yang terdiri dari otak kiri dan otak kanan. Itulah sebabnya, ditemukan sebuah penelitian tentang cara belajar berdasarkan otak kiri dan otak kanan. Memang jika diselidiki, setiap manusia memiliki kecenderungan untuk menggunakan salah satu sisi otaknya. Diantara otak kiri dan otak kanan ada semacam penghubung yang menghubungkan keduanya. Syaraf penghubung ini, ternyata diciptakan sedikit unik yaitu laki-laki hanya mempunyai satu syaraf penghubung, sedangkan wanita memiliki banyak. Hal inilah yang merupakan kelebihan seorang wanita.
Keunikan dan kelebihan itulah yang membuat wanita layak disebut sebagai “PENOLONG”. Wanita mampu memikirkan dan melakukan beberapa pekerjaan sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Coba bayangkan, seorang ibu dapat memasak tanpa gosong, sambil bertelepon bahkan dapat tetap konsentrasi sekalipun ada orang yang mengajaknya berbicara tentang sebuah masalah. Bandingkan dengan laki-laki, ia hanya mampu mengerjakan satu pekerjaan dalam satu waktu. Teringat iklan “Ngeteh Dulu Yuk” dari Sariwangi.Sang ibu meminta bantuan kepada suaminya untuk membetulkan kran yang rusak. Ketika memberitahukan hal tersebut, sang ayah sedang membaca Koran, hasilnya dipenghujung pembacaannya ayah langsung melakukan pekerjaan lain dan lupa apa yang tadi diminta oleh ibu. Memang sih…. Dalam iklan itu, seolah-olah saat ngeteh dengan sariwangi maka ayah menjadi ingat apa yang harus dikerjakannya. Sesungguhnya, menurut saya karena perbedaan fungsi otak itu. Ibu memberikan perintah saat ayah membaca Koran, maka secara otomatis karena pria hanya mampu melakukan satu pekerjaan dalam waktu yang bersamaan, perintah ibu tidak terekam secara mendalam. Terlepas dari semuanya, kita sebagai wanita tidak merasa lebih dari pria karena perbedaan itu.
Kalau boleh usul (ini kalau diterima), saya rasa 22 Desember tidak cukup hanya untuk hari ibu saja, tetapi menjadi hari “Perempuan”. Karena pada hakekatnya semua perempuan akan menjadi seorang ibu bagi anak-anaknya. Sekalipun mungkin, bukan anak yang dilahirkan dari rahimnya. Perempuan tetap menjadi ibu bagi anak-anak di sekolah, bagi lingkungannya, bagi seluruh anak-anak di dunia ini. Ingat, kita adalah PENOLONG yang memang diberikan “Kelebihan dan Keunikan” oleh Sang Khalik. Sekarang, saatnyalah menjadi perempuan-perempuan dan ibu-ibu yang tangguh bagi semuanya. Selamat hari Ibu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H