"Kecerdasan intelektual Imam Abu Hanifah sanggup menghadapi orang-orang dungu (safih) yang suka menghasut dengan senyuman dan lapang dada"
Buku "Riwayat Sembilan Imam Fiqih" karya Abdurrahman al-Syarqawi yang diterjemahkan oleh al-Hamid al-Husaini seorang penulis, pendiri majalah Aliran Baru (1939-1941), dan peneliti sejarah Islam.
Buku ini berisi tentang biografi sembilan imam fiqih, seperti: Imam Zaid bin Zainal Abidin, Imam Ja'far ash-Shadiq, Imam Abu Hanifah an-Nu'man, Imam Malik bin Anas, Imam al-Laits bin Sa'ad, Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi'i, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Ibnu Hazm, Imam al-'Izz 'Izzuddin, dan Bin Abdissalam.
Buku biografi ini serasa membaca fiksi yang enak dibaca tanpa rasa bosan karena menampilkan gaya bahasa sastra laiknya membaca novel, alur ceritanya membuat penasaran dengan aforisme-aforisme yang menggugah pikiran dan penuh makna. Kutipan-kutipan kalimat bermakna inilah yang membuat penulis untuk  menguraikannya secara ringkas dalam tulisan singkat ini.
Adapun bagian yang penulis kutip dari buku ini adalah tentang fenomena kehidupan manusia sekarang yang suka menyalahkan orang lain, memuji kelompoknya secara berlebihan, menganggap diri paling benar/pintar, dan dengan ketidaktahuannya seolah-olah paling tahu sehingga terjadi perdebatan-perdebatan sampah.
Nah, tingkah laku seperti ini tak ubahnya seperti pemikiran orang-orang dungu yang jauh dari pemikiran-pemikiran logis dan akal sehat, menampilkan pikiran sempit, kolot, dan jumud.
Dari sembilan imam di atas, dalam tulisan singkat ini penulis mengambil pemikiran Imam Abu Hanifah yang dikenal sebagai imam syahid karena dibunuh/diracun untuk mengakhiri hidupnya oleh para penguasa ketika itu. Selain Abu Hanifah, dalam ranah pemikiran ada beberapa pemikir yang kematiannya berujung pada pembunuhan seperti Socrates, al-Hallaj, dan Ismail Raji al-Faruqi.
Siapa Abu Hanifah? Nah, Abu Hanifah dinisbahkan kepada al-Imam al-A'zham Abu Hanifah, yang merupakan gelar penghormatan, sedang nama aslinya adalah al-Nu'man bin Tsabit bin Zuwatha al-Kufi, lahir 80 H di Kufah dan wafat di Baghdad tahun 150 H (767 M).
Abu Hanifah berasal dari keluarga Parsi yang terhormat dan satu-satunya imam mazhab yang bukan keturunan Arab. Dalam belajar merantau ke Mekah dan Madinah selama enam tahun dan secara khusus Abu Hanifah belajar selama 18 tahun kepada Hammad bin Abi Sulaiman.
Abu Hanifah hidup ketika suasana politik sedang bergejolak, ketika terjadi peralihan kekuasaan yang sangat berdarah dari Bani Umayyah (41-132 H) kepada Bani Abbas (132-656 H). Karena itu, Abu Hanifah cenderung tidak mau dekat dengan penguasa dan menolak menjadi qadhi yang diminta oleh Khalifah Abu Ja'far al-Mansur (berkuasa 136-158 H), menolak menjadi qadhi sehingga Abu Hanifah dijebloskan ke dalam penjara.
Dalam dunia fikih, Abu Hanifah menempuh metode yang disebut dengan ar-ra'y (opinion, pemikiran, pandangan, pendapat). Karena itu, dikenal sebagai imam ahl al-ra'y. Abu Hanifah mengandalkan logika, kecepatan berpikir, pikiran yang jernih, dan dengan hujjah yang kuat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang muncul.