Mohon tunggu...
Husaini Algayoni
Husaini Algayoni Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kolumnis

Dalam seruputan secangkir kopi ada imajinasi. Hobi membaca, menulis, travelling, menonton, mendengar musik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mahasiswa Islam di Tengah Arus Modernisasi

4 Februari 2016   14:22 Diperbarui: 4 Februari 2016   16:16 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Intelektual Islam sejati adalah intelektual yang mengamalkan  ilmunya dengan nilai-nilai Islam”

Dunia pada saat sekarang ini telah  berada dalam titik puncak segala kemajuan, dunia berubah dari masa ke masa dengan segala perubahan; sehingga segala sesuatu yang bersifat primitif ataupun tradisional berubah haluan  menjadi sesuatu yang modern. Salah satu kemajuan yang paling pesat era-modern ini adalah apa yang kita sebut dengan “science” atau ilmu. Ilmu yang tersusun secara bersistem dan berstruktur dengan rapi telah banyak melahirkan berbagai macam teori serta metodenya.

Oleh karena itu, apa yang kita nikmati pada saat sekarang ini mulai dari tekhnologi seperti handphone, facebook, berbagai macam merek alat transportasi dan lain-lain itu semua adalah hasil kajian dan pengembangan dari ilmu itu sendiri, ide-ide mulai berkembang sehingga tidak lagi bersifat jumud dalam berpikir.

Para pakar budaya mengatakan bahwa ciri khas modernisasi dan manusia modern itu adalah tingkat berpikir, iptek dan  sikapnya terhadap penggunaan waktu dan penghargaan terhadap karya manusia. Lalu, berdasarkan pandangan itu, muncullah penilaian yang membuat klasifikasi kemajuan dan kemunduran. Oleh karena itu apa yang disampaikan oleh Prof. Dr. M. Solly Lubis, SH. dalam orasi ilmiahnya pada tahun 1993 silam, bahwa menurut kacamata Islam, maju atau mundur itu diukur berdasarkan nilai-nilai Islami, bukan menurut ukuran-ukuran sekular. Yang digelari  sebagai “kemajuan” menurut ukuran sekular mungkin “kemunduran” dalam pandangan Islam. Sebaliknya, yang dikatakan “kemunduran” menurut ukuran sekular mungkin “kemajuan” menurut visi Islam.

Kemudian beliau mengingatkan kepada umat Islam untuk melakukan instropeksi diri, terutama upaya untuk meningkatkan bobot dan kualitas iptek dan kehidupan, sehingga umat mampu tidak hanya sebagai ummatun wasatan, tetapi juga uswatun hasanah dipelbagai bidang kehidupan.

Salah satu ciri modernisasi atau manusia modern seperti yang telah ditulis di atas tadi adalah berpikir dan iptek, kemudian pertanyaannya adalah apakah kita sudah berada dalam manusia modern dan khususnya dalam kalangan mahasiswa Islam apakah sudah menjadi mahasiswa modern sesuai dengan tradisi nilai-nilai Islam ?

Kalau dilihat dari segi fisik/materi mungkin sudah terlalu modern karena gaya kehidupan telah melewati gaya kehidupan ala-Barat dan kehidupan terlalu bebas sehingga nilai-nilai Islam dalam kehidupan personal rontok ditelan gaya Hollywood, begitu  juga dengan kualitas ilmu pengetahuan sungguh sangat tertinggal.

Nah, inilah tantangan mahasiswa Islam ditengah-tengah arus modernisasi ini yang mana, modernisasi tidak bisa kita hindari karena dia akan terus datang dan berbagai macam perubahan dan tidak bisa pula kita anti terhadap modernisasi ini, peran kita sebagai mahasiswa Islam calon Intelektual kedepannya dalam membangun kerangka kemajuan Islam adalah meningkatkan bobot ilmu pengatahuan setiap mahasiswa dan tidak alergi terhadap membaca, menulis serta menganalisis sehingga mahasiswa terlepas dari gaya meniru dan menerima (taklid) dan terlepas juga dari pelacuran intelektual yaitu plagiat dalam dalam dunia pendidikan.

Sebagai mahasiswa Islam jika tidak ingin dipecundangi oleh gaya-gaya kehidupan Barat dari berbagai sisi (baik dalam segi kehidupan terlebih khusus sebagai mahasiswa dari segi ilmu pengetahuan)  maka harus menjawab persoalan tersebut dengan mempersiapkan diri dengan  memperdalam pengetahuan agama dan pemikiran-pemikiran Islam serta pengetahuan-pengetahuan yang bersifat modern (sainstek).

Karena dalam ajaran Islam apa yang ditulis oleh Prof. Solly Lubis dalam makalahnya “Pandangan Islam tentang ilmu pengetahuan dan Tekhnologi.” Islam itu cukup kuat dan banyak dorongan peningkatan ilmu pengetahuan (sciencific motivations), bukan untuk menjauhkan umatnya dari iptek. Tetapi Islam mempunyai akidah dan kaidah yang menuntun umatnya agar askologi iptek itu terarah pada kemaslahatan umat manusia, bukan untuk kerusakan (islah, bukan fasad), bukan untuk peperangan yang zalim.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun