Pak Budi bisa meminta siswa untuk merancang rencana bisnis yang sesuai dengan kondisi di daerah mereka. Misalnya, mengembangkan model bisnis berbasis pertanian atau usaha mikro yang dapat dikelola oleh petani lokal.
Memberikan kesempatan untuk siswa berbicara tentang potensi  yang mereka lihat di lingkungan sekitar mereka (misalnya, peluang bisnis yang berkaitan dengan produk pertanian khas daerah mereka).
Â
Â
Kasus 2 :
Bonar, seorang siswa Batak yang baru saja pindah ke Cianjur, merasa kesulitan beradaptasi dengan perbedaan budaya karena sebagian besar siswa di sekolah tersebut berasal dari suku Sunda. Bagaimana cara guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan berpihak pada peserta didik seperti Bonar?
Pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) mengajak guru untuk menyadari dan menghargai keberagaman budaya yang ada di dalam kelas. Dalam hal ini, guru dapat membantu Bonar merasa diterima dan dihargai meskipun dia berasal dari suku yang berbeda. Berikut adalah beberapa strategi yang bisa diterapkan oleh guru untuk menciptakan lingkungan yang mendukung Bonar.
Langkah-Langkah yang Dapat Diambil Guru:
1. Mengenali dan Menghargai Keberagaman Budaya di Kelas:
Guru bisa memperkenalkan keberagaman budaya di kelas, termasuk budaya Batak dan Sunda, untuk menumbuhkan rasa saling menghargai di antara siswa. Mengadakan sesi yang memungkinkan siswa berbagi tentang budaya mereka masing-masing bisa menjadi cara yang efektif untuk membangun pemahaman dan rasa hormat antar suku.
Mengajak siswa untuk belajar tentang tradisi dan kebiasaan yang berbeda, serta bagaimana mereka bisa menghargai perbedaan ini dalam kehidupan sehari-hari.