Mohon tunggu...
Peserta PPG 12610
Peserta PPG 12610 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Program Profesi Guru

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pembelajaran yang sesuai dengan Pancasila sebagai fondasi Pendidikan Indonesia

10 Januari 2025   01:13 Diperbarui: 10 Januari 2025   01:12 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan jati diri bangsa. Dalam dunia pendidikan, Pancasila harus menjadi fondasi utama yang mempengaruhi semua aspek pembelajaran. Pendidikan berbasis Pancasila tidak hanya bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur untuk menciptakan generasi yang berkarakter, bermoral, dan bertanggung jawab. Refleksi dari pengalaman saya selama menempuh pendidikan dan program Pendidikan Profesi Guru (PPG) memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana Pancasila dapat diintegrasikan dalam pembelajaran. Ketika saya bersekolah, implementasi nilai-nilai Pancasila sering kali terlihat dalam kegiatan sehari-hari. Guru-guru saya mengajarkan pentingnya gotong royong melalui kerja kelompok, toleransi melalui diskusi saat pelajaran, dan kedisiplinan melalui penerapan aturan kelas. Namun, pendekatan tersebut kurang memberikan ruang bagi peserta didik untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai ini secara mendalam dalam kehidupan nyata.

Setelah mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG), saya merasa semakin yakin bahwa nilai-nilai Pancasila harus menjadi dasar dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang lebih menyeluruh. PPG mengajarkan saya tentang pentingnya membangun hubungan yang kuat antara pendidikan dengan pembentukan karakter, yang selaras dengan semangat Pancasila. Melalui mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia, saya memahami bahwa pendidikan harus mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, sehingga dapat membentuk peserta didik yang berakhlak mulia dan berintegritas. Mata kuliah ini memperkenalkan saya pada pemikiran-pemikiran tokoh pendidikan Indonesia yang menekankan pentingnya karakter dan moral sebagai fondasi utama dalam pendidikan, sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. Misalnya, Ki Hajar Dewantara yang menekankan bahwa pendidikan harus mampu menumbuhkan rasa kebersamaan, rasa nasionalisme, dan rasa cinta terhadap tanah air.

Salah satu pengalaman konkret dalam PPG yang membantu saya memahami hal ini adalah ketika saya diminta untuk menyusun modul ajar yang berorientasi pada dimensi Profil Pelajar Pancasila. Dalam proses tersebut, saya harus memadukan nilai-nilai Pancasila dengan kurikulum yang ada. Sebagai contoh, dalam pembelajaran pendidikan pancasila, saya merancang pembelajaran dengan fokus pada nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong dan keadilan sosial. Dalam kegiatan tersebut, peserta didik diajak untuk berdiskusi mengenai isu-isu sosial, seperti ketimpangan sosial dan keadilan di masyarakat. Selain itu, saya juga mengintegrasikan kegiatan yang mendukung nilai-nilai Pancasila, seperti kerja bakti di lingkungan sekolah untuk menumbuhkan rasa solidaritas antar sesama.

Pembelajaran yang sesuai dengan Pancasila harus mencerminkan enam dimensi Profil Pelajar Pancasila: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; berkebinekaan global; gotong royong; mandiri; bernalar kritis; dan kreatif. Sebagai calon guru, saya memahami bahwa tugas utama saya adalah menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan peserta didik mengembangkan keenam dimensi tersebut. Sebagai contoh, selama PPG saya menggunakan pendekatan musyawarah dalam pengambilan keputusan di kelas menjadi salah satu cara saya untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila. Musyawarah tidak hanya mengajarkan peserta didik tentang pentingnya demokrasi, tetapi juga melatih mereka untuk menghargai pendapat orang lain dan bekerja sama dalam mencapai kesepakatan. Selain itu, nilai-nilai moral juga ditanamkan melalui cerita-cerita inspiratif, seperti kisah tokoh yang menunjukkan kejujuran, kesabaran, atau tanggung jawab. Misalnya, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa membaca cerita rakyat yang mengandung pesan moral dan mendiskusikan nilai-nilai positif yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran yang sesuai dengan Pancasila harus melibatkan integrasi nilai-nilai Pancasila dalam seluruh aspek proses pendidikan. Refleksi pengalaman saya saat bersekolah dan selama PPG menunjukkan bahwa pendekatan holistik yang menggabungkan teori dan praktik adalah kunci untuk mencapainya. Mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia telah menjadi landasan penting dalam membantu saya memahami dan merancang pembelajaran yang tidak hanya berorientasi pada hasil akademis tetapi juga membangun karakter peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. Pancasila sebagai fondasi pendidikan Indonesia harus diwujudkan dalam tindakan nyata di kelas. Pengalaman saya selama PPG telah membekali saya dengan pemahaman dan keterampilan untuk mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran. Saya percaya bahwa melalui pendidikan berbasis Pancasila, kita dapat menciptakan generasi yang cerdas, berkarakter, dan berkontribusi dalam membangun bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun