Esai Analisis dan Refleksi tentang Asesmen Pembelajaran
Kurikulum Merdeka ialah kurikulum yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar di mana setiap peserta didik memiliki kesempatan yang sama dalam menguatkan kompetensi diri secara optimal. Kurikulum ini memberikan keleluasaan pada guru untuk menciptakan pembelajaran yang memperhatikan tahap perkembangan, kemampuan, dan karakteristik lingkungan belajar peserta didik.
Sebagai individu, setiap peserta didik unik dengan caranya. Mereka memiliki tahap perkembangan fisik, kognitif, ataupun emosional yang beragam. Selain itu, setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda, seperti perlu bimbingan, mahir, dan sangat mahir. Hal tersebut memungkinkan guru untuk menggunakan cara dan perlakuan yang beragam pada peserta didik di kelas. Keragaman tahap perkembangan dan tahap kemampuan peserta didik dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan belajar di sekitarnya. Lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan berpihak pada peserta didik akan mendukung kegiatan belajar secara optimal, sedangkan lingkungan toxic dapat menghambat kemajuan kegiatan belajar peserta didik.
Salah satu aspek penting dalam Kurikulum Merdeka yang bertujuan memantau tahap perkembangan, kemampuan, dan lingkungan belajar peserta didik adalah asesmen. Terdapat dua jenis asesmen yang diterapkan dalam pembelajaran, yaitu asesmen formatif dan asesmen sumatif. Asesmen formatif adalah asesmen yang digunakan untuk memberikan informasi atau umpan balik dari proses belajar secara berkala. Selanjutnya, asesmen sumatif adalah asesmen yang digunakan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran pada setiap bab atau setiap semester.
Pada esai ini, saya akan berfokus pada asesmen formatif. Asesmen ini dirancang untuk mengetahui tahap perkembangan, kemampuan, dan karakteristik lingkungan belajar yang ideal bagi peserta didik. Melalui asesmen ini, guru juga mengetahui kendala atau kesulitan yang mungkin dialami oleh peserta didik sehingga mampu mencari solusi perbaikan yang tepat. Setelah itu, baik guru ataupun peserta didik memberikan refleksi sebagai umpan balik untuk mengoptimalkan proses pembelajaran yang akan datang. Saya mengintegrasikan esai ini dengan pengalaman PPL 1 di SMA Negeri 10 Semarang saat menerapkan asesmen formatif. Hasilnya, asesmen tersebut telah memberi ruang bagi peserta didik untuk melakukan umpan balik terhadap proses pembelajaran di kelas.
Pada kesempatan mengajar, saya melakukan kegiatan pembelajaran di kelas XII-5 dengan topik “Menyuguhkan Ide Kewirausahaan melalui Teks Prosedur Kompleks”. Saya menggunakan pendekatan Understanding by Design (UbD) dalam merancang kegiatan pembelajaran. Alur rancangan pembelajaran berawal dari merumuskan tujuan pembelajaran, dilanjutakan dengan memilih asesmen, lalu merancang langkah-langkah pembelajaran.
Tujuan pembelajaran ini agar peserta didik mampu menganalisis struktur, kaidah kebahasaan, serta memberikan gagasan wirausaha dari teks prosedur kompleks yang dianalisis. Berdasarkan tujuan tersebut, saya memilih asesmen formatif yang sesuai tahap perkembangan, kemampuan, dan karakteristik lingkungan belajar peserta didik. Saya merancang tiga asesmen berdiferensiasi konten yang meliputi kategori perlu bimbingan, mahir, dan sangat mahir. Konten yang saya bedakan berupa keumuman tema dan panjang pendeknya teks prosedur. Judul teks yang saya gunakan yaitu Cara Membuat Lilin Aromaterapi, Cara Mengolah Limbah Rumah Tangga Menjadi Kompos, dan Cara Membuat Batik Tulis. Peserta didik yang masuk kategori perlu bimbingan menganalisis teks prosedur yang lebih sederhana dan umum dibandingkan kategori mahir dan sangat mahir. Saya juga memberikan bimbingan penuh pada peserta didik kategori perlu bimbingan, memberi bimbingan sebagian pada peserta didik kategori mahir, dan menjadi teman diskusi pada peserta didik kategori sangat mahir. Hal tersebut saya lakukan agar seluruh peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Setelah pembelajaran selesai, saya meminta peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran. Jenis refleksi yang saya pakai berupa memberikan tanda centang tuntas, masih perlu belajar lagi, atau perlu tindak lanjut pada setiap kriteria. Terdapat tiga kriteria sesuai tujuan, yaitu menganalisis struktur, kaidah kebahasaan, serta memberikan gagasan wirausaha dari teks prosedur kompleks.
Hasil dari asesmen formatif menunjukan setiap peserta didik mampu menganalisis struktur, kaidah kebahasaan, serta memberikan gagasan wirausaha dari teks prosedur kompleks dengan baik. Ditambah hasil refleksi, hampir seluruh peserta didik merasa sudah tuntas. Pada pertemuan selanjutnya, saya juga berkomunikasi kepada peserta didik terkait pembelajaran sebelumnya. Peserta didik menyampaikan bahwa mereka tidak terlalu suka jika terus menerus bekerja dalam kelompok. Hal-hal tersebutlah yang menjadi dasar saya merancang pembelajaran yang lebih berpihak pada peserta didik.
Berdasarkan penerapan asesmen formatif, seorang guru memperoleh umpan balik terkait bagaimana dampak pengajaran yang dilakukan di kelas. Umpan balik ini penting karena dapat digunakan sebagai dasar perencanaan pembelajaran selanjutnya. Peserta didik juga diberi ruang untuk menyampaikan hal-hal yang perlu disepakati bersama sehingga kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik. Dengan demikian, proses pembelajaran yang tercipta memiliki iklim belajar yang berpihak pada peserta didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H