Sekuat apapun komitmen pemain, kalau urusannya dengan perut tetaplah tidak akan bisa ditutupi.
Liga boleh jeger dan laki tapi urusan tunggakan gaji tak bisa dipungkiri masih saja terjadi.
Bahkan klub sekelas Sriwijaya FC dan Persija Jakarta sebagai maskot liga laki juga masih nunggak gaji. Bukan hanya 1 bulan gaji tapi 2 bulan dan bahkan lebih lagi.
Klub Persija malah masih ngutang gaji pemain di musim kemarin ketika ada pemberontakan KPSI.
Bambang Pamungkas dan Leo Saputra sampai harus rela bercerai dengan Persija karena tidak ingin hanya kerja rodi. Bermain tapi tidak dapat gaji.
Tidak dapat dipungkiri kondisi ini terjadi di banyak klub di liga ISL dan IPL yang resmi.
Akankah hal ini akan terus terjadi di negeri Indonesia ini?
Djokdri dan Hinca boleh saja berargumentasi para pemain tidak boleh berlaku diluar koridor profesionalisme olahraga sepakbola untuk menuntut gaji.
Bahkan untuk membuktikan omongannya, Hinca sudah memberi sanksi bagi para pemain PSMS yang menuntut 10 bulan gaji.
Tapi sudahkah petinggi PSSI menyadari klub juga yang menghianati arti profesionalisme olahraga itu sendiri dengan menunggak gaji?!
Jika para pemain PSMS yang menuntut gaji sudah disanksi, lalu apa hukuman bagi klub-klub yang menunggak gaji?