Kursi yang Terluka
Malam kembali mendongeng tentang para rindu yang menerjang cinta di sudut ruang kesepiannya. Menunggu datang atau pulang para pemeluknya.
Kemudian---debar dadanya terkandung ribuan butir harap yang tak lepas, juga doa yang tak sia-sia terlepas. Bahwa harap lebih rabung, doa lebih puncak daripada gunung.
Maka, hanya tabah tanpa tanya, juga ikhlas tak perlu raba. Sebab rindu bebas mengembara, cinta tetap lebih rahasia dari belantara.
Aku---kursi yang kehilangan satu kakinya, mencoba berdiri dan tetap gigih berpura, kerap kubiarkan berdukacita, seperti juga (kata; aku) yang tak sempat (kau) baca.
Pemalang, 15 Januari 2025
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H