Setelah awan tak lagi menangis. Gerbang menuju kenang masih terbuka secara gamblang juga tampak sangat romantis. Lupa dan rindu berlarian, berlomba siapa yang menang, hendak yang kalah mencuci bersih tangis yang mengerak di baju persetujuan.Â
Aku mencari sepasang tubuh yang dahulu pernah saling butuh. Kedua mata yang saling menatap, mengadu tenang untuk bisa menetap. Kedua tangan yang saling bersalaman menghancurkan kepingan dosa kecil yang kita lakukan. Juga kedua kaki yang saling melangkah menyusuri setiap arah.Â
Lupa dan rindu bersahutan di jalannya peraduan, tak ada yang siap kalah dan siap menang sebab cinta bukanlah ajang percobaan, juga perlombaan. Katanya ia serupa dirimu ialah tak mudah mencari pemahaman, sampai pun kau ke jogja menentukan.Â
Dari ribuan kilo jalan yang aku tempuh,Â
sampai hingga cepat perahu dikayuh.Â
Dari musim ke musim, sampai pada lain mukim.Â
Dari duka ke doa, cinta ada tanpa karena.Â
---(A.A)Â
---Pemalang, 3 Oktober 2024