Mohon tunggu...
Perwita Suci
Perwita Suci Mohon Tunggu... Freelancer - Student

Happiness Girl

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Kehilangan di Tengah Perjuangan

4 Januari 2025   20:17 Diperbarui: 4 Januari 2025   20:17 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awan gelap tampak menyelimuti langit Depok pagi ini. Nampaknya cuaca memang mendukung untuk berdiam diri dikamar sambil mendedah buku ringan.

Sambil berselimut tebal, suara rintik hujan mulai membersamai. Ditengah kesunyian, benda kecil pusat terjalinnya komunikasi tak henti-hentinya berdering. Seperti ingin menyampaikan berita penting kepada pemiliknya. Akhirnya ku tengok layar kecil seukuran genggaman tangan.

Mataku langsng tertuju ke icon aplikasi berwana hijau bergambar telepon genggam yang dilengkapi dengan angka 66 diatasnya. Tanda bahwa ada 66 notifikasi.

Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un, begitu bunyi 66 notifikasi dari 2 menit yang lalu. Siapa yang berpulang sampai bisa begini.

Setelah scroll pada notifikasi paling atas, kabar duka datang dari aktivis yang mukanya selalu dihiasi oleh senyuman lepas.

Sahabat Mansur Al-farisi. Atau sahabat pergerakan biasa memanggilnya dengan sapaan Bang Pacun telah berpulang keharibaan.

Kepulangan bang Pacun membawa duka mendalam terlebih bagi sahabat pergerakan Ciputat. Bagaimana tidak, kediamannya tak pernah absen menjadi tempat pengkaderan. Rasanya, tak perlu google maps, dengan mata tertutup pun para sahabat pergerakan hafal jalan menuju rumahnya.

Pundaknya selalu menjadi tempat ternyaman untuk bersandar dikala perjuangan masih panjang. Telinganya tak pernah lelah mendengar setiap keluh kesah yang dibisikan dengan lantang oleh adik adiknya. Tangannya selalu memberikan bantuan saat kami dilanda kesulitan saat berjuang.

 Karyanya abadi dalam sebuah lagu yang terus membakar semangat para sahabat pergerakan disaat aksi demontrasi digalakan. Liriknya yang penuh semangat, membulatkan tekad para sahabat penggerak untuk tak kalah dengan teriknya matahari atau perihnya gas air mata. Dikala malam, lagu bandung lautan api mampu memberikan pelukan hangat saat udara dingin menusuk tulang. Tak heran, jika kehadirannya selalu menjadi kerinduan bagi sahabat pergerakan.

Kini, izinkan doa kami yang menjadi lentera perjalananmu menghadap Yang Maha Segalanya. Semoga perjuangan yang kami lanjutkan berkat nasihatmu menjadi jariyah yang tak pernah surut, dan kami berharap seluruh sikap dan upayamu membahagiakan sahabat pergerakan Ciputat menjadi amal dan pertimbangan bagi Allah untuk membahagiakanmu di surga-Nya. Amiinn

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun