Mohon tunggu...
maharani pertiwi
maharani pertiwi Mohon Tunggu... -

orang indonesia yang pengen melihat indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pohon

17 Maret 2012   13:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:54 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1331990727588022069

Malam kian larut, sepenggal bulan tertutup awan gelap menggantung dilangit. Dingin udara juga makin membeku, membuat sang bintang tak ada yang muncul walau hanya sebiji. Temaram bulan hanya dibantu kelip kelip lampu rumah untuk menyinari belahan dunia yang gelap ini. Namun, puluhan motor dan mobil masih saja melaju, baik datang atau pergi, membuat jalanan ini ramai dengan sinar lampunya. Tak ada surutnya, bahkan ketika malam kian menjemput, masih saja mereka bergerak. Aku masih sendiri, menjadi saksi semua ini. Tak ada yang peduli, tak ada yang melihatku, bahkan untuk menengok sekejap pun. Tak ada yang tahu kalau aku sakit, bahkan bagian tubuhku terpotong kemudian rusak. Bahkan  mereka menyalahkanku ketika mereka menyentuhku, 'dasar sial' umpatnya, malah melihat kerusakan motornya tanpa peduli aku luka atau tidak. Aku masih saja diam, ketika mereka mulai memotongku, memangkas tubuhku yang katanya untuk kebaikan mereka. Mereka bahkan tak peduli dengan saudara - saudaraku yang masih amat kecil. Kalian tahu!Akulah yang menyelamatkan kalian, aku juga ikut berperan dalam hidup kalian. Aku masih saja tak bergerak, ketika yang kuberikan pada kalian dengan ikhlas malah kalian hanya mengembalikan sampah padaku. Ketika panas, kulindungi kalian dari matahari yang menyengat, biar kalian tak kepanasan. Bila hujan kulindungi kalian agar tak basah dan membuat sakit. Atau bila ada angin dan petir, aku lah yang pertama menjadi korbannya, meski kalian juga terkena imbasnya, aku lah yang mati dulu. Kalian tahu, wahai manusia, pensuplai oksigen grais yang kalian hirup setiap saat itu dari aku. Aku lah pohon - pohon yang menghasilkan oksigen dari daun - daunku yang hijau. Aku juga tempat burung - burung yang cantik bersarang. A, malangnya diriku ketika manusia sudah tak lagi menghargai diriku. Aku ditebang semena - mena, dipaku sana sini hanya untuk menempel selebaran atau poster, dikencingi bila kalian terpepet, sebagai tempat buang sampah plastik yang sangat menyiksa tanah disekitarku. Malam makin larut, kendaraan tak juga surut. Mungkin itulah jalanku, jalan yang diberikan Sang Kuasa Waktu. Berharap alam berganti, dan aku bisa mengeluarkan isi hati....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun