Mohon tunggu...
Yos Simbolon
Yos Simbolon Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswa dan pengamat tanah air.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi yang Ternodai: Koalisi Merah Putih (KMP) dan Ideologi Neo…

30 September 2014   23:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:53 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PadahariJumatlalu, Indonesia seakanmemasukimesinwaktudanmemutarwaktuuntukkembalikejamanordebaru. Sepertiyang kitaketahui, Rapatparipurnamengenai RUU Pilkada yangkinisedangmenjaditopikhangatdikalanganmasyarakatdanpemerintahkarena DPR telahmemilihsecaramayoritasuntukmenerapkankembaliaturanPilkadasecaratidaklangsung.Artinya, posisikepaladaerahtidaklagimelalui prosesdemokrasilangsungdimanarakyatmencobloskandidat yangmerekayakinidapatmembawaperubahan.

Menariknya, rapatsekrusialinihanyadihadirioleh 524 DewanPerwakilan Rakyat (DPR) yang berasaldari 9 partaibesar di Indonesia. Artinya, 36 DPR tidakhadirdalammengambilkeputusanyang sangatpentinginiuntukmasadepan Indonesia.Dengan kata lain, sekitar 2.6 jutasuarapenduduk Indonesiatidakterpresentasikandalam voting RUU Pilakdaitu.Kemudian, asilakhirdari voting menujukanbahwa 135 dewanmemilihdemokrasidan 266 memilihuntukpilkadadilakukansecaratidaklangsung. Secararepresentase, ke-266 dewaninimewakilihampir 49% suararakyat Indonesia. Benarkahhampir setengahrakyat Indonesia meninginkanpilihanini?

Lebihmengejutukanlagi, fraksipartaidemokratditengahrapatumummelakukanWalk outsebelum voting dilakukansehinggapadaakhirnya voting RUU inihanyadiwakilikanoleh 401anggota. PadahalKetuaUmumPartaiDemokratsebelumnyatelahberjanjiuntukmendukungpilkadasecaralangsung. IronissekalijikakenanganterkahirKetum PD sebagaiPresiden RImerupakansebuahnodaterhadapDemokrasi yang beliaudanpartainyatelahperjuangkanselamasatudekadeini.

Sidangparipurna yang disiarkandandisaksikanolehseluruhbangsa Indonesia menggambarkansuasana yang sangatramaidiruangsidang.Telriahtbahwabeberapadewarakyatmajudanberteriaksepertitidakaturan. Kemudian, microphone pun tidakdikontrolsecara central sehinggasiapapunbisanyeletukketikasesorangsedangberbicara. Hal inimenunjukkanbahwakedewasaandankemantapananggotaDewanterpilihbelumdapatkitabanggakan. Padaakhirnya, sayamengertimengapa PresidenGusdurpernahmengutarakansebuahcandaanpedasterhadap DPR.

Sepertikitaketahui, KoalisiMerahPutih (KMP) adalahpihakutama yang mengusulkan agar RUU Pilkadadirevisidandiubahmenjaditidaklangsung.Sistem yang berlakuselama 10 tahunterkahiradalahpilkadayang ditentukanolehrakyatsetempatyang telahmemenuhisyaratadminsitratifuntukmemilih.Artinya, para bupatidanwalikotadipilihlangsungolehrakyatnyadengancaracoblosmelaluipestademokrasi.

Ketikapilkadaditentukansecara internaloleh DPRD makaanggaran pun akanberkurangdan proses penghematanbisatercapai. Alasaninisangat fundamental dantentuseratuspersenbenarketikamelihatnyasecaraabsoluttanpapertimbanganlebihlanjut. Tapisegalahal di duniainitakbisahanyadipandangdengansebelahmata.

Lalupertimbanganlebihlanjutapakah yang haruskitalihat?

Indonesia adalahnegarademokrasidansudahseharusnyasemuayang berhubungandenganpemilihankepaladaerahmaupunpresidenditentukanolehrakyat Indonesia secaramenyeluruh. DPRD tidakseharusnyamemilikiwewenangmenentukansiapayang berhakmendudukiposisikepaladaerah. Pilihan DPRD pun tidakakanbisamerepresentasikankehendakrakyatsepenuhnya, karenapadaakhirnyaanggota DPRD diusungolehpartai-partaipolitiksehinggajudgment merakacenderung bias.

Lalu, dengankarakterpolitik di Indonesia, sayasangatyakinbahwapilkadatidaklangsungakanjustrumeningkatkan money politics danmenambahkankasuskorupsi. PerludiingatbahwaKPK mencatatadasekiranya 3500 anggota DPRD kita yangterseretdengankasuskorupsi. Jadi, sudahsaatnya-kahkitamemberikantanggungjawabinikepada DPRD?

Jikamemangisu RUU Pilkadainimerupakan maneuver politikdariKoalisiMerahPutih, sayasangatkecewakarena yangmerekapermainkanadalah UU Indonesia dansistemfundamental perpolitikan Negara kita. Tidakselayaknyapersainganpolitikdibawahinggakeranahdimanakonstiusikitadipermainkansepertiini. Politikseharusnyamemilikibatasdanbagisiapa yang initerjunkeduniatersebutharusmemilikisikapkedewasaan. Padaakhrinya, perubahandinamikapolitikini akan sangatmembahayakankesatuan NKRI danpandanganinternasionalterhadap Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun