Serupa dengan pergerakan IHSG atau JCI, indeks LQ-45 juga terhenti kenaikannya di 711.62 setelah pada hari Jumat kemarin gagal naik lebih tinggi lagi. Indeks malah terancam turun setelah terbentuk pola spinning top + double top dan dengan terjadinya penurunan pada indikator MACD. Kurva indikator RSI juga menunjukkan potensi terjadinya bearish divergence disertai dengan failure swing.
Beberapa support yang terindentifikasi adalah 685.21 yaitu support dari gerakan konsolidasi akhir-akhir ini, ditambah dengan titik balik pada tanggal 9 Januari lalu di 678.35 yang saat ini kurang lebih berada di level yang sama dengan indikator exponential moving average untuk periode 50 hari. Level support paling signifikan bagi LQ-45 berada di 637.08 yang akan menentukan apakah rebound dari level terendah kemarin 553.53 sudah berakhir atau belum. Jika sudah, maka dikhawatirkan indeks akan kembali tertekan hingga terpuruk lebih rendah dari 553.53. Namun, jika belum maka indeks diprediksi akan melejit hingga melewati 743.33.
Di sisi resistance, target dari struktur zigzag 553.53-692.81-637.08, indeks LQ-45 saat ini mengincar target 0.618x-nya di 723.15 sebelum kemudian kembali mengincar 743.33. Jika berhasil melewati 743.33 maka akan terbuka peluang bagi indeks untuk melaju hingga target berikutnya di 776.36, kenaikan sebesar hampir 10% dari posisi indeks saat ini.
Menimbang berbagai faktor makroekonomi yang ada, resiko bagi LQ-45 serupa dengan yang berlaku pada IHSG atau JCI, yaitu faktor Eropa. Kebangkrutan Yunani, jika benar-benar terjadi akan berdampak negatif bagi sentimen pasar, namun seperti apa yang telah terjadi sebelumnya, indeks juga pada akhirnya akan pulih kembali karena efek dari kebangkrutan Yunani akan lebih didominasi oleh faktor psikologis ketimbang finansial. Hal ini tersirat dari kinerja komponen-komponen LQ-45 sejak awal tahun dimana hanya terdapat enam konstituen yang melemah sementara terdapat dua konstituen yang tidak mengalami perubahan nilai sejak akhir tahun 2011 dan sisanya sebanyak 37 konstituen telah mengalami penguatan sejak awal tahun ini.
GGRM merupakan saham dengan kinerja terburuk (-7.33%), diikuti oleh ISAT (-3.54%) dan BBNI (-3.29%). TLKM, ICBP dan GJTL juga berada dalam kondisi minus sejauh ini, masing-masing dengan penurunan sebesar 2.13%, 0.96% dan 0.83%.
Di sisi netral, BBCA dan BNBR setelah tiga minggu berfluktuasi kedua saham ini pada akhirnya kembali ke harga akhir tahun 2011, alias tidak mengalami kenaikan maupun penurunan secara agregat.
Sebanyak 11 saham berhasil mencetak kenaikan sebesar dua digit, dimana ELTY memimpin LQ-45 dengan kenaikan 18.49%. INDY berada di posisi kedua dengan kenaikan 17.24%, sementara INCO berhasil menanjak 16.41% sejauh ini. BUMI dan BDMN beserta BJBR masing-masing membukukan kenaikan 16.09%, 14.63% dan 14.29%. CPIN dan PTBA berhasil menguat 13.95% dan 13.83% sementara EXCL, ENRG dan DOID berhasil naik 12.71%, 12.36% dan 10.45%.
Apakah Winning Eleven ini akan mampu mempertahankan kinerja masing-masing yang cukup mengesankan masih jauh dari kesimpulan mengingat kita masih berada di tiga pekan di tahun yang baru ini. Meskipun demikian, dari hasil tiga pekan ini kita dapat melihat bahwa optimisme diantara saham-saham lokal masih tetap solid dan skenario sehubungan dengan kinerja indeks ke depannya akan cenderung positif dimana indeks LQ-45 dan IHSG (JCI) diprediksi pada tahun ini akan mampu menembus level tertinggi yang dicetak tahun 2011 lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H