"kring kring kring" bunyi bel pertanda jam madrasah diniyah telah dimulai, diwajibkan bagi seluruh santri untuk masuk kelas diniyah mulai dari ula, wushto, sampai ulya.
Mata pelajaran untuk kelas ula hari ini adalah Nahwu Shorrof bab huruf Jer, sebelum ustad masuk kelas dan memulai ta'lim, para santri serentak bersahut-sahutan membaca nadzhom imrithi sembari diiringi klotekan "Allhamdulillahilladzi qod waffaqo, lil ilmi khiro kholqihi walittuqo.."
Beberapa menit kemudian ustad masuk kelas, dan di mulailah ta'lim nahwu shorrof. Setelah mengucapkan salam dan membaca tawashul lantas ustad mengambil spidol dan menulis di papan tulis,
"MAN TAWWADOA BI BAULIL KALBI SOHHA WUDHU'UHU"
Kelas yang awalnya agak riuh mendadak hening, raut wajah para santri pun berubah; yang awalnya riang gembira menjadi kebingungan, ada sebagian yang sampai mengernyitkan dahi, bagaimana tidak, dalam benak para santri kalimat berbahasa arab yang di tulis ustadz artinya adalah "barang siapa yang berwudhu dengan air kencing anjing maka sah wuduhunya", ustad pun masih terdiam tanpa berbicara dan menjelaskan.
 Salah seorang santri berbisik kepada temanya, "ustad iki pie to, mosok wudu gae uyuh asu sah ?" (ustad ini bagaimana sih, bagaimana mana bisa wudhu menggunakan air kencing anjing sah?)
Santri di barisan paling belakang juga berbisik kepada teman di sampingnya, "waduh kang ustade sesat"
Lantas salah seorang santri memberanikan diri untuk berbicara dan bertanya kepada ustad, "ustad kalimat tersebut murod-nya pripun nggeh? Setahu saya dalam kitab fathul qorib air yang sah digunakan untuk bersesuci adalah air yang suci, mensucikan, dan tidak makruh untuk digunakan, sembari membuka kitab dan membacakan ta'bir-nya (Al-miyahu allati yajuzu at-tathiru biha..)
Ustad yang sedang dudukpun tersenyum kecil lantas berdiri dan mencoba menjelaskan kepada para muridnya yang sedang kebingungan, "murod dari kalimat tersebut adalah barang siapa yang berwudhu kemudian bertemu atau bertempelan dengan air kencing anjing maka sah wudhunya, faidah dari huruf jar ba' itu banyak, tidak selalu artinya "dengan atau menggunakan" tapi juga terdapat ba' yang berfaidah ilthishoq yang bermakna "bertemu atau menempel".
"mangkane cung belajar Agomo iku ojo grasu-grusu ben gak salah kaprah, seng teliti ben cetho, paham cung?" (makanya nak, belajar agama itu tidak boleh grusa-grusu, harus teliti agar paham betul. Paham nak?).
Serentak para santri menjawab "nggeeh ustad" (iyaa ustad).