Tingginya bencana geologi yang terjadi di Indonesia, salah satunya bencana tanah longsor menimbulkan berbagai kerugian. Dampak dari bencana ini diantaranya adalah jatuhnya korban jiwa, kerusakan fasilitas umum dan pemukiman warga hingga terhambatnya kegiatan ekonomi masyarakat terdampak.Â
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), selama tahun 2019 ini di Indonesia telah tercatat 461 kejadian bencana tanah longsor.
Hal ini mendorong Tim PKM-KC Universitas Negeri Surabaya yang terdiri dari Pero Nika Fitriani (Fisika 16), Kusumawati Dwi Lestari (Fisika 16), dan Handyesa Dika Pratama (PTE 17) dibawah bimbingan Prof. Dr. Madlazim, M.Si. untuk menciptakan LSM (Landslide Smart Mitigation) berbasis double sensor sebagai detektor dini tanah longsor.
LSM (Landslide Smart Mitigation) berbasis double sensor merupakan suatu ide kreatif  yang mampu memberikan warning system dan merekam data secara real time dengan mengaplikasikan sensor soil moisture dan sensor potensiometer slider sebagai pengindera parameter vital tanah longsor.
"Prototipe yang dirancang ini mampu memberi peringatan dini tanah longsor yang cukup  efektif dan akurat karena mengukur parameter vital tanah longsor sekaligus dan merekam data pemantauan secara real time" Terang Prof. Dr. Madlazim, M.Si. Jumat (21/6/2019).
Dibandingkan dengan instrumen mitigasi dini bencana tanah longsor yang telah ada, LSM ini memiliki beberapa kelebihan, seperti pengukuran parameter vital yang meliputi kelembaban tanah dan pergeseran tanah, transfer data yang dilakukan secara wireless, perekaman data secara real time, menampilkan warning system yang sederhana berupa indikator aman, siaga dan bahaya serta dilengkapi dengan buzer, sehingga lebih akurat dan dengan mudah diakses masyarakat awam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H