Mohon tunggu...
Pernawati Pandiangan
Pernawati Pandiangan Mohon Tunggu... Guru - Bekerja sebagai Penjaga Hati

Mengetahui bahwa apa yang menjadi karyanya tidak sebagus orang lain tetapi ia selalu berusaha untuk melakukan yang tetbaik dari versi dirinya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perjalanan Seumur Hidup

14 September 2023   17:38 Diperbarui: 14 September 2023   17:46 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ayah....Ibu
Tulang-tulangmu semakin rapuh
Badan semakin kurus 
Tenaga semakin habis 
Rambut mulai memutih 
Mata perlahan rabun 
Pikiran tidak sejernih dulu 
Ayah.....Ibu 
Usiamu tidak lagi muda 
Namun, aku belum bisa membahagiakanmu 
Hari demi hari 
Aku membalutmu dengan sakit hati, keegoisan, dan ketidaknyamanan. 
Ayah...Ibu 
Hanya umurku yang semakin dewasa 
Tidak dengan hati, pikiran dan tindakanku 
Sekedar bertanya kabarpun 
Aku sudah tidak punya waktu 
Maafkan aku ayah....ibu 
Ayah....Ibu 
Terima kasih sudah menerimaku menjadi anakmu 
Terima kasih sudah menjadi orang tua sesuai versi kalian 
Doakan aku agar bisa membalas pengorbananmu 
Percayalah ayah...ibu 
Aku tidak pernah melupakan kalian 
Seuntai doa menjadi jembatan antara aku dan kalian 
Terima kasih ayah...ibu 
Sudah mengajarkan arti perjalanan hidup 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun