Mohon tunggu...
Permata Romadhonita
Permata Romadhonita Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa 20 tahun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jurnalis Ideal, Menetap atau Freelance?

14 April 2013   15:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:12 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jurnalis, profesi satu ini di Indonesia identik dengan menyeramkan. Tidak aman. Wajah awut-awutan. Intinya merujuk kepada satu kalimat, hidupmu tidak akan pernah nyaman.

Lalu, apa yang ada di dalam benakmu saat mendengar kata, jurnalis freelance? Sama saja, atau malah dua kali lebih menyeramkan? Sudah jurnalis, freelance pula. Mulanya, saya pun mempunyai pemikiran primitif yang sama. Seperti: “kalau jadi freelance, berarti nggak setiap bulan dapat duit dong.” Atau, “Iya kalau diterima, kalau nggak, mau makan pakai uang apa?” Sepertinya, kamu harus cepat-cepat merubah persepsi tersebut beberapa saat lagi.

Freelance, dalam kamus memiliki arti, bebas, lepas. Jurnalis freelance berarti jurnalis yang tidak terikat dengan media manapun. Bebas mengirim tulisan kepada media mana saja. Suka-suka dia.

Mereka, para jurnalis freelance itu, mendulang rupiah dengan cara yang berbeda dibandingkan jurnalis tetap sebuah media. Lain media, lain harganya. Beda negara, beda pula cara mereka menghargai setiap tulisan. Media-media luar menjadi pilihan untuk menggantungkan nasib. Karena pada kenyataannya, mereka mampu memberikan penghargaan yang lebih tinggi kepada jurnalis. Hanya segelintir media di Indonesia yang bisa mensejahterakan jurnalis-jurnalisnya.

Kesejahteraaan, menjadi alasan utama mengapa mereka memutuskan untuk menjadi jurnalis freelance. Namun, kekurangannya, kalau dalam satu bulan kamu mendadak sakit dan tidak bisa menulis sama sekali, otomatis rupiah pun takkan kamu dapatkan.

Menjadi jurnalis tetap sebuah media memiliki kelebihan tersediri, sebagian besar jurnalis yang berhasil saya temui memaparkan, kepastian gaji menjadi alasan utama mereka memilih jalan ini. Kekurangannya, gajimu ya segitu-segitu aja.

Beberapa media dengan legowo menerima jurnalis mereka juga nyambi tulisan di media lain. Yang lainnya, belum tentu. Etika jurnalistik harus tetap dijunjung tinggi. Beberapa jurnalis mensiasatinya dengan menulis diam-diam. Yang lainnya karena merasa tidak enak hati dengan media utama yang menaungi, akhirnya menghentikan.

Status jurnalis dalam media memang tidak hanya freelance dan tetap saja, tetapi juga ada kontributor, stringer, dan koresponden. Lagi-lagi, lain media lain pula sistematika statusnya. Ada media yang tetap memberikan gaji setiap bulan kepada kontributor-kontributor mereka, yang mana, aturan kerja mereka tidak seketat jurnalis tetap, tetapi gaji sama, plus tiap tulisannya berhasil masuk, mereka akan mendapatkan bonus. Ada pula yang dihitung berdasarkan jumlah tulisan saja.

Alasan kesejahteraan memang bukan alasan main-main yang bisa diabaikan. Sebutan ‘kuli tinta’ sepertinya yang dianut oleh pemilik beberapa media di Indonesia, yang memberikan gaji tidak jauh beranjak dari UMR yang ditetapkan pemerintah. Padahal, selain membutuhkan tenaga, jurnalis harus dituntut untuk cerdas. Jurnalis yang tidak cerdas, tidak akan mampu menghasilkan berita yang, tidak hanya berkualitas, tetapi menggugah kesadaran pembaca. Kasarnya, jurnalis itu buruh yang bekerja dua kali. Otak dan energi. Kebanyakan berita yang dibuat era sekarang hanya yang sensasional belaka, tanpa tau esensinya apa.

Ramai-ramai keempat jurnalis yang saya mintai keterangan menyatakan, kalau memang media tempatmu belum mampu memberikan kesejahteraan yang layak, ya sudah, jadi freelance saja. Begitu saran mereka.

See? Masih mengira freelance journalist itu menyeramkan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun