Mohon tunggu...
Permata Biyan
Permata Biyan Mohon Tunggu... -

Wanita, 16th, blogger.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Perpisahan

18 Oktober 2013   11:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:22 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perpisahan. Satu kata yang memiliki sejuta bahkan tak ternilai luka didalamnya. Satu kata yang sangat kubenci namun harus ku lewati. Entah dalam keadaan suka, terpaksa, ataupun dalam keadaan yang tak memungkinkan seseorang untuk bisa mengikhlaskan sesuatu. Entah mengapa aku selalu bertemu dengan satu kata mematikan itu. Begitu banyak airmata yang tercurahkan hanya karena Perpisahan. Begitu banyak duka dan luka yang telah tergores hanya karena Perpisahan. Tak terhitung sudah berapa kali aku melewati kata itu dengan segala perasaan campur aduk yang ada. Mungkin memang benar, sesuatu yang kita benci dengan sangat akan lebih sering kita jumpai.

Namun, hingga detik ini aku belum menemukan cara yang tepat untuk menghilangkan rasa benciku kepada Perpisahan. Aku belum menemukan alasan untuk tidak membencinya. Tak ada penghalang untukku berani menghadapi perpisahan. Semua berlalu dengan luka didalamnya. Sejujurnya aku tak ingin membenci Perpisahan. Aku tak ingin lari terbirit ketika mendengar kata itu. Namun, apa lagi yang bisa kuperbuat? apa yang bisa ku lakukan ketika sesuatu yang teramat sangat berarti harus terambil? mungkinkah merasa ikhlas dan merelakannya begitu saja? Aku tahu itu tidak mungkin. Jangankan untuk merelakan, tersunyum untuknyapun terasa hampa.

Aku selalu bertanya tentang rencana tuhan dibalik sebuah perpisahan. Alasan mengapa Perpisahan tetap ada di dunia ini dan mengapa aku harus mengenal kata itu. Namun, tanpa ada seorangpun yang menjawab, aku tahu jawabannya ada pada diriku sendiri. Semua tergantung padaku sebagai pemain utama di skenario yang telah Tuhan buat. Bagaimana sikapku menghadapi dan melewatinya. Sayangnya, hingga detik ini aku masih tak yakin tentang sesuatu yang indah dibalik Perpisahan. Walaupun aku tahu, sesuatu yang memiliki nyawa pasti akan merasakan perpisahan. Dunia ini penuh luka yang tercipta olehnya. Tak ada yang bisa berlari ketika Perpisahan sudah menampakkan kuasanya.

Dan pada saat ini, pada detik ini, aku harus bertemu kembali dengan Perpisahan. Seperti tak diberi kesempatan bernapas lega, akupun hanya bisa berusaha untuk tak menampakkan kesedihanku. Berusaha mengobati luka yang sudah terlanjur tergores. Aku tak ingin bertemu dengannya lagi. Aku tak ingin membuang air mata untuknya lagi. Aku bingung, takut, resah dan tak tahu harus berbuat apa. Aku hanya bisa mencoba tersenyum walaupun bibir tak dapat merespon apapun dan berbisik dalam hati, "Jagalah dirimu baik-baik".

Segumpal pikiran tentu tak bisa terlewatkan begitu saja. Semua memori yang telah ada tak mungkin dapat melayang begitu saja. Tak ada niatan sedikitpun untuk melupakan semua kenangan yang ada. Tak ada setitikpun kata yang dapat terucap dengan lancar pada saat seperti ini. Dengan harapan yang sangat besar, aku harap bisa melewatinya seperti dahulu. Kembali memulai dari bawah namun tetap menyimpan semua kenangan dengan manis.

Namun, aku tersadar. Tuhan memberikan kehidupan agar manusia bisa terus melangkah. Bukan untuk diam disuatu tempat tanpa ada suatu perubahan yang nyata. Dan untuk melangkah, terkadang Perpisahan itu harus ada. Perpisahan itu akan terasa walaupun sangat menyakitkan. Rasa sakit yang sungguh menyesakkan namun dapat mendewasakan kita. Dalam pelukan doa, aku berharap sedikit cahaya dibalik perpisahan ini, secuil kebahagiaan dibalik semua luka, dan sebongkah kesabaran untuk tetap menjalankan semuanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun