Mohon tunggu...
Aam Permana S
Aam Permana S Mohon Tunggu... Freelancer - ihtiar tetap eksis

Mengalir, semuanya mengalir saja; patanjala

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Potret Kemiskinan di Pedesaan

23 Agustus 2018   13:33 Diperbarui: 23 Agustus 2018   13:44 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah warga miskin/ dokpri

Tanpa bermaksud mengecilkan usaha pemerintah untuk meminimalisir jumlah warga miskin, warga miskin di pedesaan yang jauh dari ibukota, hingga saat ini ternyata masih mudah ditemui.

Di Kabupaten Subang, Jawa Barat umpamanya. Ketika penulis beberapa kali jalan-jalan ke sejumlah pedesaannya, kerap sekali menerima informasi dan menemukan warga yang hidup di bawah garis kehidupan bahkan dalam kondisi sakit-sakitan.

Sekedar menyebut, Nenek Rasmi (65) dan Kakek Waris (63), keduanya warga Desa Compreng Kecamatan Compreng.

Nenek Rasmi adalah wanita sebatangkara yang bernasib kurang mujur. Selain harus tinggal di rumah yang jauh dari sederhana, Rasmi hanya bisa terbaring di tempat tidur dari kayu yang jauh dari empuk.

Ia tidak bisa kemana-mana karena kakinya tidak berfungsi akibat terjatuh. "Ia tidak bisa berobat karena tidak punya biaya. Warga sini hanya bisa membantu kebutuhan makannya sehari-hari," kata Karsewi, warga setempat. Karena kondisinya, Rasmi memang tidak bisa usaha dan terpaksa mengandalkan belas kasih sesama.

Hal serupa dialami juga Waris, yang tinggal satu desa dengan Rasmi. Waris yang sakit-sakitan kini harus tinggal di rumah yang mirip kandang ayam. Ia juga harus hidup dari belas kasih orang khusunya tetangganya.

"Kalau tidak, saya akan kelaparan," katanya.

Miris? Begitulah. Penulis berharap, Bupati Subang dan Gubernur Jawa Barat terpilih bisa lebih memperhatikan lagi warganya yang kini berada dalam kemiskinan.

Harapan sama ditujukan juga kepada Presiden, agar lebih menekan lagi para pembantu dan pejabat di daerah terkait upaya memperkecil angka kemiskinan dan membuat bahagia warganya.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun