Meriah. Begitulah pawai perayaan HUT ke 73 Republik Indonesia di Kota Sumedang dan beberapa kecamatan di Sumedang sebelah barat seperti Cimanggung, Tanjungsari dan Jatinangor, Sabtu (18/8).
Selain meriah oleh peserta pawai dengan aneka kreasinya, juga meriah oleh masyarakat yang menyaksikan acara rakyat setahun sekali tersebut. Mereka rela menunggu sejak pagi hingga menjelang sore, demi untuk melihat aneka kreasi warga, baik yang sifatnya tradisi maupun kekinian.
"Saya menunggu di sekitar alun-alun sejak jam 9 pagi, untuk melihat pawai. Syukur sekali ternyata meriah acaranya," kata Ninik, seorang remaja warga Sumedang Selatan.Â
Ninik saat itu sedang berdesakan dengan warga lainnya di sekitar alun-alun Sumedang. Pandangannya tidak lepas dari berbagai kreasi dan hiburan yang disuguhkan peserta pawai dari berbagai desa.
Pawai Agustusan di Sumedang kali ini, seperti tahun-tahun sebelumnya menyuguhkan berbagai kreasi warga, selain seni tradisi khas Sumedang seperti Kuda Renggong, Reak, pencaksilat, dan seni tradisi Jawa Barat yang berkembang di Sumedang seperti sisingaan.
Adapun kreasi yang disuguhkan, antara lain boneka Dewala, Cepot, Gareng dalam ukuran besar, patung kuda dan singa yang megah, ular naga, serta kendaraan hias dari aneka hasil bumi seperti pisang, jagung, padi, ketela pohon dan lain sebagainya.
"Pokoknya Emak tak menyesal nunggu dari pagi di sini, karena pawainya menarik," ujar Nunung, emak-emak asal Ciherang yang datang bersama cucunya.
Menurut keterangan panitia HUT ke 73 RI, dari segi peserta, untuk tahun ini sebenarnya ada penurunan karena ada beberapa desa yang tidak mengirimkan perwakilannya. Namun dari segi kualitas dan keseruan, tahun ini unggul dari tahun sebelumnya.
"Sekarang, memang lebih seru dan variatif suguhannya," kata Andang, seorang panitia kepada penulis.