Mohon tunggu...
Aam Permana S
Aam Permana S Mohon Tunggu... Freelancer - ihtiar tetap eksis

Mengalir, semuanya mengalir saja; patanjala

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yang Senang Waduk Jatigede Surut

8 Agustus 2018   20:29 Diperbarui: 8 Agustus 2018   20:32 1606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waduk Jatigede surut/dokpri

Tinggi muka air Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, saat ini terus menyusut akibat  hujan tak kunjung turun selama beberapa bulan terakhir.  Data terakhir, tinggi muka air waduk ini, sudah kurang dari 245.00 mdpl dan mengakibatkan sejumlah reruntuhan bangunan bermunculan kembali.

Rendahnya tinggi muka air waduk ini, dipastikan akan terus menyusut sepanjang debit air yang masuk ke perairan terus berkurang, akibat musim kemarau.

"Saat ini, debit air yang masuk hanya 12 meter kubik per detik. Kemungkinan, debit air akan terus berkurang kalau tidak ada hujan," ujar seorang staf Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk, Yuyu Wahyudin kepada penulis. Sementara debit air yang keluar dari waduk lebih besar lagi, yakni sekitar 65.25 meter kubik per detik.

Menurut Yuyu , jika hujan tidak kunjung turun dalam waktu dekat, tinggi muka air waduk diperkirakan akan ada pada posisi elv 239 mpdl dari posisi sekarang, elv 245, 10 mdpl. Luas genangannya pun dipastikan akan berkurang  banyak, dari luas genangan sekarang, sekitar 2,666.920 hektar atau 67.47 persen.

Lalu, apa yang bisa dilakukan BBWS Citanduy? Tidak ada, kecuali menunggu hujan turun. Mengurangi debit air keluar juga tidak bisa dilakukan karena yang dikeluarkan sekarang sudah sesuai dengan kebutuhan air di hilir bendungan sebesar 65 s/d 70 m3/detik , untuk berbagai kebutuhan, baik irigasi maupun kebutuhan air baku.

Ditanami padi

Namun terlepas dari risaunya BBWS Cimanuk Cisanggarung karena debit waduk menyusut, warga setempat ternyata banyak yang bersyukur, senang.

"Kami sekarang bisa menanam padi atau palawija di pinggir waduk yang sudah tak berair tapi tanahnya masih basah," kata Nana, seorang warga Ciseuma, Jatigede, kepada penulis.

Dan memang, ketika penulis jalan-jalan ke waduk tersebut, tanaman padi dan palawija seperti jagung dan ubi, tambak tumbuh di beberapa areal waduk yang sudah tidak berair. Sebagian dari tanaman tersebut bahkan ada yang tinggal menunggu waktu untuk  dipanen.

Menurut Nana,  warga Ciseuma dan kampung lainnya yang ada di sekitar waduk, bukan hanya seorang dua orang yang memanfaatkan tepi waduk untuk bercocok tanam. "Selain saya, banyak warga lainnya. Warga memanfaatkan Jatigede untuk bercocok tanam ini hampir setiap kemarau saat air waduk menyusut," katanya.

Selain ada yang senang bisa bercocok tanam, ada juga yang senang karena bisa memancing ikan lebih  ke tengah, hingga hasilnya menggembirakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun