Cangkul merupakan alat tradisional yang digunakan dalam bidang pertanian. Tanah digali atau diratakan dengan cangkul. Hingga saat ini cangkul digunakan untuk pekerjaan menggali ringan di kebun atau sawah.Â
Bentuk cangkulnya menyerupai beliung yang gagangnya (Hulu) terbuat dari kayu. Ujung cangkul lebih lebar dibandingkan ujung beliung.Biasanya handle atau pegangan bagian atas berbentuk lurus, namun ada juga jenis handle yang sedikit melengkung. Bilah cangkul biasanya terbuat dari besi.
Teknologi pengelolaan lahan berdasarkan cangkul yang lebih baik. Cangkul terdiri dari tongkat yang runcing dan bercabang dua dan digunakan dengan gerakan mencacah. Bajak kuno juga hanyalah cangkul yang ditarik oleh manusia (kemudian menjadi hewan) untuk mengikis permukaan tanah, dan masih umum digunakan di banyak belahan dunia.Bajak tersebut kemudian diperbaiki dengan menambahkan besi pada bagian yang bersentuhan dengan tanah sehingga strukturnya lebih tahan dan efisien.
Bagi sebagian masyarakat kita, ada filosofi yang sangat mendalam di balik cangkul. Cangkul yang terdiri dari tiga bagian yaitu cangkul, gagang dan doran mempunyai arti :
Cangkul : Ngipatake prakara kang kang yang artinya menyingkapkan segala sesuatu yang salah, segala sesuatu yang salah, segala sesuatu yang menarik perhatian, yang tidak benar dan mempengaruhi kehidupan, harus disingkirkan dan dihindari agar tenang dan rileks menjadi kehidupan yang damai.
Bawa : Menggerakan badan yang artinya menggerakan anggota tubuh. Seseorang harus rajin mengejar cita-cita. Obahing Bangkit artinya bekerja tekun dan tekun, tidak sekedar menunggu nasib, tetapi berusaha sungguh-sungguh yaitu usaha apa saja.Usaha tanpa doa adalah sombong, dan doa tanpa usaha sia-sia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H