Rerum Novarum, Paus Leo XIII menulis, "Sementara  menghasut kaum miskin, supaya iri terhadap para pemilik upaya-upaya produksi yang kaya-raya, kaum sosialis mempertahankan, bahwa usaha untuk mengatasi kejahatan itu adalah penghapusan milik perorangan. Harta kepunyaan perorangan harus menjadi milik bersama, ujar mereka, dan dikelola atau oleh para pejabat setempat atau pemerintah pusat." Namun, "Strategi mereka sama sekali tidak cocok untuk mencapai sasarannya. Kiat itu tidak mengakhiri konflik; justru akan merugikan kelas buruh. Lagi pula sama sekali tidak adil. Cara itu akan melanggar hak para pemilik yang sah, mengalihkan perhatian pemerintah dari tugas-tugas yang sesungguhnya, dan menimbulkan kekalutan dalam negara." Pertanyaannya adalah, mengapa sosialisme muncul ? Jawabannya, sosialisme berupaya menjadi 'pahlawan', namun akhirnya menjadi 'pahlawan seakan-akan' bagi kaum buruh, kaum miskin yang tertindas oleh kapitalisme.
Pada bagian selanjutnya dari EnsiklikMencermati gejolak dunia akibat pertentangan kapitalisme di satu kutub dengan sosialisme di kutub yang lain, dan terdorong oleh tanggung jawab yang besar yang diberikan oleh Kristus sendiri, maka Bunda Gereja Kudus melalui Bapa Suci menelurkan Ajaran Sosial Gereja, yang menyampaikan kebenaran sesungguhnya bagi, bukan hanya Umat Kristen Katolik tetapi terlebih lagi bagi dunia. Paus Leo XIII menginisiasi ajaran ini melalui Ensiklik Rerum Novarum pada 1891. Paus Leo menegaskan, bukan kapitalisme, yang nyata-nyata semakin hari semakin memperdalam kesenjangan kaya dan miskin, bukan pula sosialisme yang tidak mengakui hak-hak perorangan sehingga manusia seakan-akan mirip dengan hewan yang tidak berakal budi, yang menjadi jawaban. Di sepanjang sejarah sejak munculnya pertentangan antara kapitalisme dan soialisme ini, Gereja Kudus berjuang keras dan akhirnya berhasil 'menumbangkan' ideologi komunisme yang 'setali tiga uang' dengan sosialisme, antara lain melalui perjuangan Santo Bapa Yohanes Paulus II.
Namun, kapitalisme yang semakin merajalela ditengarai justru salah satu hal yang 'menyumbangkan pupuk penyubur' bagi ateisme. Peningkatan jumlah penganut ateisme di dunia cukup pesat meninggalkan peningkatan jumlah penganut agama-agama besar, bahkan di negara-negara agama ! Di samping karena kekecewaan terhadap agama-agama, penyebab peningkatan ini juga adalah perlawanan terhadap kapitalisme, yang sejatinya nyata berdampak kepada pengangguran yang berujung pada kemiskinan yang semakin jelas. Dan sebagian kapitalis tidak peduli dengan kenyataan ini, bahkan dalam skop-skop kecil sekalipun. Dan yang lebih menyedihkan dan ironis, setelah capek memperjuangkan hak-hak mereka terhadap kaum kapitalis, 'kaum kecil' ini 'beralih menyalahkan Tuhan', Dia yang sesungguhnya telah berupaya luar biasa memberi kesadaran kepada semua orang, seperti kata-kata Abraham kepada orang kaya yang menelantarkan Lazarus,"Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. ... Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati" (Luk 29:31).
So, Gereja Kudus, kita semua, selalu dan memang harus selalu berada di garda terdepan untuk menyuarakan keadilan bagi kesejahteraan, bukan terutama kekayaan, bagi mereka yang terpinggirkan, tersingkirkan, terlupakan, bahkan mungkin terperaskan tenaga dan pikirannya, dengan upah-upah minim demi kesejahteraan bahkan kekayaan orang-orang lain. Kalau ini tidak disadari apalagi dilaksanakan, kita akan dengan keterkejutan, atau malah bagi sebagian orang mungkin biasa-biasa saja, membaca begitu banyak fakta bahwa ateisme, terang-terangan ataupun gelap-gelapan, sedang 'mengudap' saudara-saudari kita, sesama kita, seperti sedang menikmati 'bubur hangat', mengambil sesendok demi sesendok kecil, dari pinggir ..... Mari rayakan Tahun Yubileum dengan melirik Rerum Novarum "agar Tahun Yubileum 2025 menjadi kesempatan bagi Umat Allah untuk berjumpa dengan Kristus" (Paus Fransiskus).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI