Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tahun Yubileum 2025 : Relevansi Ensiklik "Rerum Novarum" Paus Leo XIII

21 Januari 2025   16:06 Diperbarui: 21 Januari 2025   16:13 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pexels.com/photo/clear-light-bulb-planter-on-gray-rock-1108572/

Bunda Gereja Kudus mengajak Putra dan Putrinya untuk bersama menapaki Tahun 2025 sebagai Tahun Yubileum, setelah sebelumnya kita bersama menjalani Tahun 2000, akhir Milennium Kedua, sebagai Tahun Yubileum Agung, sembari mempersiapkan diri menyambut Milenium Ketiga. Dalam Kompendium Ajaran Sosial Gereja antara lain diajarkan bahwa "Kristus adalah 'Pintu Suci' (bdk. Yoh 10:9) melaluinya kita telah melintas selama Yubileum Agung Tahun 2000." Tentu saja dalam Tahun Yubileum 2025 ini dan di sepanjang Sejarah Keselamatan Umat Manusia, Kristus tetaplah Pintu Suci, sejak awal mula hingga keabadian.

Motto Tahun Yubileum 2025 adalah "Peziarah Harapan", motto yang dipilih oleh Paus Fransiskus dan terinspirasi dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma, "Dan pengharapan tidak mengecewakan" (Roma 5:5). Yang menjadi pertanyaan menggelitik adalah, "Harapan untuk siapa ?" Jawabannya, pasti, "Harapan untuk semua, seluruh semesta !" Namun, ada satu hal yang sangat perlu disimak bahwa mereka yang berkekurangan, apalagi, meminjam frasa Paus Fransiskus, mereka yang "tidak tahu apakah bisa mendapat sepotong roti untuk dimakan hari ini atau tidak", hampir pasti mempunyai harapan yang lebih, untuk hari-hari mendatang yang jauh lebih baik, paling tidak sedikit lebih baik, setidak-tidaknya dari hari ini dan hari-hari kemarin, dibandingkan dengan mereka yang berkecukupan, bahkan berkelimpahan.

Siapakah mereka itu ? Untuk mencari jawaban pertanyaan ini, agaknya sangat relevan menggali kembali 'mutiara-mutiara bernas' dalam Ensiklik Rerum Novarum dari Paus Leo XIII, seperti yang disampaikan oleh Pensiunan Pemimpin Serikat Buruh Amerika Serikat John Sweeney dalam sebuah konferensi di Washington DC untuk memperingati 120 tahun ensiklik itu pada tahun 2021. John Sweeney menyatakan, pada saat itu, kinilah saatnya bagi Gereja untuk menekankan kembali pengajaran dalam ensiklik tersebut. Senada dengan itu, pada kesempatan yang sama, Peter Kardinal Turkson, Ketua Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, mengatakan bahwa sekarang inilah saatnya untuk membarui diri agar bisa memenuhi tuntutan "Rerum Novarum."

Bapa Suci Leo XIII, dalam situasi dunia yang dikejutkan oleh perubahan besar Revolusi Industri, yang dari waktu ke waktu sebenarnya semakin memberi warna kepada dunia hingga saat ini, yang hanya saja sudah dirasakan sebagai hal yang wajar, antara lain menuliskan, sederet kalimat yang bisa jadi sangat mengagetkan, bahkan menghentak bagi sebagian orang, "Akibatnya adalah: kaum pekerja sekarang tersendirikan, tak berdaya sama sekali, menjadi bulan-bulanan perlakuan tak manusiawi oleh kaum majikan, dan sasaran keserakahan tak terkendalikan orang-orang yang bersaing. Situasi masih diperburuk lagi oleh penghisapan penuh ketamakan, kejahatan yang sudah sering dikecam oleh Gereja, tetapi dengan pelbagai cara yang licik masih tetap dijalankan juga oleh orang-orang yang rakus. Tambahan pula, pengerahan tenaga kerja dan manajemen industri serta perdagangan terpusatkan pada beberapa gelintir orang, sehingga kelompok amat kecil yang kaya raya  mampu menaruh atas bahu jumlah besar kaum buruh yang tak empunya suatu beban yang praktis sama saja dengan perbudakan."

Sekali lagi, tanpa mengesampingkan sekian banyak orang lain, inilah sesungguhnya Para Peziarah Harapan yang sangat perlu diperhatikan dan diprioritaskan. Dan Para Peziarah Harapan yang sangat istimewa ini ada di sekitar kita, bahkan dalam lingkungan kita sendiri, dan tak jarang, dekat dengan kita. Ketika kita berani 'memberikan diri' bagi Peziarah-peziarah Harapan lain yang mungkin agak jauh, bahkan jauh, dan sejatinya tidak berhubungan langsung dengan kita, walaupun itu tentu sangat baik, apakah kita juga ingat lebih dulu untuk memberikan diri kepada Peziarah-peziarah Harapan yang dimaksud oleh Bapa Suci Paus Leo XIII, mereka yang sesungguhnya menopang segala usaha yang kita lakukan, mereka yang sejatinya membanting tulang dan memeras keringat untuk kesejahteraan kita ? Sekiranya ini semua sudah dilaksanakan dengan hati dan tangan yang penuh kasih, Puji Tuhan, namun jika belum, inilah waktunya untuk merefleksikan dan tentu saja bukan hanya merefleksikan, tetapi melaksanakannya sesegera mungkin, agar di tengah-tengah berbagai tantangan, termasuk perang, dampak pandemi yang masih tersisa dan terasa, krisis iklim, dan yang bisa lebih buruk lagi, krisis ekonomi, harapan Paus Fransiskus bisa sungguh-sungguh terwujud, agar Tahun Yubileum 2025 menjadi kesempatan bagi Umat Allah untuk berjumpa dengan Kristus. Kristus yang adalah Sang Pintu Suci.....       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun