Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Warta Kenabian Paus Leo XIII : Ensiklik 'Quamquam Pluries'

9 Januari 2025   09:10 Diperbarui: 9 Januari 2025   09:15 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://stpaulcenter.com/st-joseph-the-worker-everyday/

Ensiklik 'Quamquam Pluries' dikeluarkan oleh Paus Leo XIII pada tanggal 15 Agustus 1889. Paus ke-256 yang menduduki tahta Suci antara tahun 1878 hingga 1903 ini menghadapi suasana yang mirip dengan Paus Pius IX. Pada masa kepemimpinan Beliau, Gereja dan dunia masih dalam keadaan kacau dan nilai-nilai moral merosot, karena terjadi perubahan sosial dan ekonomi yang drastis selama dua abad terakhir ini.

Kilas balik sejarah memperlihatkan bahwa hingga abad kedelapanbelas, kehidupan masyarakat tetap sama seperti sebelumnya, sebagian besar orang mengolah tanah dan memelihara hewan sebagai sumber nafkah bagi keluarga. Sebagian orang lagi terlibat dalam berbagai profesi seperti tukang kayu, pandai besi, penjahit, pembuat roti, atau pembuat sepatu. Keluarga-keluarga menjadi 'bos' bagi keluarga mereka sendiri dan mereka sejahtera, walaupun mungkin tidak kaya !

Namun perubahan mulai terjadi dengan bangkitnya Revolusi Industri pada abad kesembilanbelas. Pekerjaan yang sebelumnya dilakukan dengan tangan kini dikerjakan oleh mesin. Akibatnya sejumlah masalah muncul, antara lain perpindahan para pekerja ke kota untuk bekerja di pabrik produksi massal dan banyak pedagang individual kalah bersaing. Masalah lainnya adalah sejumlah pelanggaran seperti eksploitasi pekerja anak, jam kerja yang panjang, lingkungan kerja yang tidak aman, dan upah yang rendah karena eksploitasi tenaga kerja oleh para pengusaha. Mau tidak mau, semua itu sangat mempengaruhi kehidupan keluarga-keluarga karena kesenjangan status sosial dan ekonomi semakin lebar dan dalam. Kapitalisme yang tidak terkendali mulai menghancurkan keluarga ketika keuntungan dan penumpukan kekayaan mulai menjadi tujuan kerja dan produksi, bukan sebagai sarana untuk menafkahi keluarga dan berbagi kepada sesama.

Berlawanan dengan kapitalisme, filosofi sosialisme yang digabungkan dengan ateisme gencar diperkenalkan. Sosialisme dan komunisme menampilkan dirinya sebagai teman dan sekutu pekerja yang sebagian besar nyata-nyata memang tertindas oleh para pemodal, mereka yang berusaha 'mengendalikan dunia' dengan uang. Namun, sosialisme, komunisme, dan ateisme berupaya mencapai tujuan mereka dengan cara-cara yang keliru. Mereka berusaha menghilangkan agama, hak keluarga, dan kepemilikan pribadi atas properti. Sebaliknya, setiap individu harus menjadi subjek negara, dan negara menggantikan Tuhan. Bekerja adalah untuk tanah air atau ibu pertiwi, bukan terutama untuk kepentingan keluarga. 

Dalam dua abad terakhir inilah Umat Katolik menolehkan pandangan kepada Santo Yusuf sebagai Santo Pelindung Para Pekerja. Menanggapi masalah baru dalam masyarakat, pertarungan kapitalisme dan sosialisme, Gereja mengangkat Santo Yusuf sebagai model untuk ditiru semua orang. Pada tahun 1889, Paus Leo XIII 'mengantarkan' Umat Beriman kepada Santo Yusuf. Dalam diri Santo Yusuf, para pekerja memiliki seseorang untuk diteladani. Santo Yusuf bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan demi diri sendiri dan keluarganya. Sebaliknya pula, dia bukan abdi negara dan bukan pula buruh tertindas yang membutuhkan pembebasan. Santo Yusuf adalah pria berkeluarga yang menemukan martabat dalam pekerjaan saat menafkahi keluarganya dengan cara yang rendah hati, jujur, dan adil.

Quamquam Pluries, Ensiklik Devosi kepada Santo Yusuf, berfokus pada kasih kebapaan Yusuf di saat-saat merawat Keluarga Kudus, Bunda Maria dan Kristus Tuhan. Sama seperti Santo Yusuf adalah seorang pelindung dan pembimbing Bayi Yesus dan IbuNya sehingga 'keluarga-keluarga kudus' menyebar di seluruh dunia, Yusuf sekarang menjadi pelindung seluruh keluarga mereka yaitu Gereja. Paus Leo juga memuji Santo Yusuf sebagai teladan bagi semua ayah. Jika setiap ayah mengikuti teladan Santo Yusuf, maka Gereja akan terbantu karena keluarga adalah sendi-sendi bangunan masyarakat yang lebih luas. Jika para ayah meneladani Santo Yusuf, maka moralitas, kejujuran, kebajikan, keadilan, dan kasih serta kepedulian terhadap sesama akan menjadi ciri keluarga-keluarga. Menurut Bapa Suci, teladan kerja Yusuf juga harus dicontoh untuk terciptanya sikap kebapaan yang baik. Memiliki darah bangsawan sekaligus pekerja keras, Santo Yusuf adalah contoh bagi semua lapisan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun