di dalam hatinya dan merenungkannya" (Luk 2:19). Aku mencoba mengerti 'benang merah' segala perkara, beberapa peristiwa paradoksal, yang terjadi di seputar saat-saat Kehamilan Maria dan Kelahiran Sang Mesias, yang mungkin disimpan di dalam hati Ibu Maria dan direnungkannya. Mengapa Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya ? Karena dia belum sungguh-sungguh mengerti serta memahami apa yang sudah, sedang, dan akan terjadi dalam beberapa waktu ini, sejak Gabriel, Sang Utusan Tuhan, mendatanginya sekitar sembilan bulan yang lalu.
"Tetapi Maria menyimpan segala perkara ituGabriel menyampaikan bahwa Anak itu "akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya takhta Daud, bapa leluhurNya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan" (Luk 1:32-33). Tetapi apa yang terjadi pada saat-saat kelahiranNya kini ? Maria dan Yusuf ditolak di mana-mana karena tidak ada kamar penginapan untuk menampung mereka sehingga 'Anak Allah Yang Mahatinggi itu' harus lahir di kandang hewan, terbungkuskan lampin dan dibaringkan di tempat makanan hewan, di palungan. Bahkan Tuhan Allah yang adalah BapaNya tidak mempersiapkan sebuah ruangan yang sangat layak bagiNya, dengan segala kelengkapan, untuk lahir secara layak pula, di istana raja !
Maria juga menyaksikan, bersama Yusuf, bahwa orang-orang yang mengunjungiNya bukanlah para pembesar yang sedang berkuasa setingkat raja atau gubernur, paling tidak utusan mereka, walaupun kediaman mereka sangat dekat dari Betlehem, di Kota Daud Yerusalem. Para pemuka agama yang 'suci', Imam-imam Kepala, Para Ahli Taurat, dan Orang-orang Farisi juga tidak datang kepadaNya, meskipun mereka juga 'berkumpul' di Kota Suci Yerusalem, yang jaraknya hanya sekitar sepuluh kilometer dari tempat Sang Raja dilahirkan.
Maria agaknya juga bingung, mengapa yang diundang datang oleh para malaikat malah para gembala yang semua orang mengerti bagaimana anggapan masyarakat tentang kedudukan mereka dalam relasi sosial, walaupun Maria dan Yusuf tidak sependapat dengan orang banyak itu ? Â Memang peranan para gembala sangat terhormat di masa lampau, pada masa nenek moyang Bangsa Israel belum menetap di Tanah Terjanji Palestina. Pada saat itu para gembala hidup mengembara, nomaden, sebagai pemelihara ternak, dan profesi itu begitu mulia, sehingga Bangsa Israel meyakini, "Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku" (Mzm. 23:1-4).
Tapi, itu dulu. Sekarang, setelah Bangsa Israel menetap di tanah ini ? Gembala dipandang sebelah mata ! Para petani membenci mereka karena ternak para gembala sering merusak tanah-tanah pertanian mereka. Pemerintah Romawi tidak menyukai para gembala karena suka mencuri dan melakukan kekerasan. Mengapa mereka melakukan itu ? Karena mereka mendapat perlakuan yang tidak pantas, bayaran sedikit untuk kerja keras. Sementara Para Pemuka Agama Yahudi menganggap gembala sebagai orang berdosa dan najis karena tidak menjalankan Hukum Taurat dengan benar. Pantaslah mereka sangat ketakutan bertemu malaikat, Utusan Allah.
Amat pantaslah kalau para gembala merasa sangat ketakutan karena mereka berpikir bahwa saat itu adalah saat kebinasaan mereka, saat Tuhan mengutus malaikat untuk membinasakan mereka, para gembala yang berdosa itu. Â Tetapi, amat mengherankan, seperti kisah yang mereka sampaikan, "kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka" (Luk. 2:9). Dengan kemuliaan, atau doxa dalam Bahasa Yunani itu, Tuhan menyatakan diriNya yang sebenarnya, Allah menyatakan identitas sejatiNya. Dan identitas sejati Allah bukanlah kebinasaan melainkan kasih dan kerahiman ! Â Ternyata, malaikat menemui mereka untuk meliputi mereka dengan Kasih dan Kerahiman Allah ! Bahkan lebih daripada itu, malaikat menguatkan para gembala serta menunjukkan Karunia Kasih dan Kerahiman Allah yang Maha Besar, "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan" (Luk. 2:10-12). Yang lebih mengherankan lagi, para gembala diberi hak istimewa untuk mengerti dan memahami siapa sesungguhnya Anak itu seperti yang mereka ceritakan ! Tentu saja fakta ini membuat semua orang heran.
"Kau tahu apa yang sesungguhnya dilakukan Ibu Maria pada saat itu, Nak ?" Guru menanyakan 'kesimpulan' refleksiku. "Yang kutahu, Guru, Ibu Maria menyimpan dan merenungkan segala perkara itu di dalam hatinya." "Jawabanmu tepat tetapi hanya mengulangi apa yang kaubaca, Nak. Yang sesungguhnya dilakukan IbuKu adalah menyimpan segala perkara itu di dalam bagian yang paling tersembunyi dari kepribadian dan jiwanya, di dalam ruang yang amat sangat pribadi untuk berkomunikasi dengan Allah, dan di situlah dia merenungkan semua perkara itu, dalam keheningan, dalam kesendirian bersama Allah, dalam 'kamar dengan pintu tertutup di tempat tersembunyi', seperti yang puluhan tahun kemudian akan Kusabdakan ! Teladanilah IbuKu pada saat-saat engkau mengalami apapun yang sulit kau mengerti dan pahami, karena di tempat tersembunyi itu, engkau ada bersama Aku, hanya kita berdua !"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H