Pada hari ini, tibalah hari pentahiran Maria, hari keempatpuluh, tujuh hari ditambah tiga puluh tiga hari, sejak Maria melahirkan Yesus. Pada hari ini juga Maria, IbuNya, dan Yusuf, Ayah PengasuhNya di dunia, membawa Yesus, Anak dalam Keluarga Kudus, untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Ritus pentahiran ibu dan persembahan anak merupakan dua ritus berbeda, yang dilaksanakan pada saat bersamaan, di Bait Allah di Yerusalem.
Pada saat yang sangat bersejarah bagi Keluarga Kudus itu, "... di situ ada Hana, seorang nabi perempuan" (Luk 2:36). Siapakah sesungguhnya Hana ? Hana adalah seorang perempuan yang telah lama menjanda. Kira-kira berapa lama ia menjanda ? Adalah lazim kalau seorang perempuan Yahudi di masanya menikah pada usia kira-kira 15 tahun. Dia hidup bersama suaminya dalam rumah tangga selama tujuh tahun dan kemudian suaminya meninggal. Jadi, suaminya meninggal ketika Hana berusia kira-kira dua puluh dua tahun. Sekarang umur perempuan itu delapan puluh empat tahun, artinya dia sudah menjanda selama kira-kira enam puluh dua tahun. Karena suaminya sudah lama meninggal dan mungkin karena usia ayahnya lebih panjang dari usia suaminya, Hana lebih dikenal sebagai "anak Fanuel dari suku Asyer" (Luk 2:36).
Sebenarnya Hana berhak untuk menikah lagi setelah menyandang status janda, sesuai aturan Taurat, "saudara suaminya haruslah menghampiri dia dan mengambil dia menjadi isterinya dan dengan demikian melakukan kewajiban perkawinan ipar" (Ul 25:5). Namun, saudara laki-laki suaminya itu juga berhak untuk menolak menikah dengan janda itu. Kalau itu yang terjadi, maka janda itu punya kebebasan untuk menikah dengan orang lain. Namun, tidak ada yang pasti tahu, alasan Hana, janda muda berusia dua puluh dua tahun itu, yang memutuskan untuk tetap menjanda seumur hidupnya.
Namun ternyata apa yang selanjutnya dilakukan Hana selama menjanda begitu luhur, "Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa" (Luk 2:37). Penginjil Lukas tidak menguraikan secara rinci apa yang dimaksud dengan 'tidak pernah meninggalkan Bait Allah', apakah kalimat itu harus dimaknai secara denotatif bahwa Hana memang telah diakui sebagai seorang nabi perempuan dan karena itu diberi keistimewaan, punya sebuah kamar di lingkungan Bait Allah, seperti yang pernah dialami Hulda, "... nabiah itu tinggal di Yerusalem, di perkampungan baru" (2 Taw 34:22). Atau Hana berada di Bait Allah setiap hari sejak Baik Allah dibuka hingga ditutup. Namun yang pasti, Hana mempersembahkan seluruh hari-hari hidupnya kepada Tuhan dengan "siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa" (Luk 2:37), dan itu dilakukannya selama lebih dari enam puluh tanun !
Dan pada saat itu, setelah Simeon, "seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya," (Luk 2:25) berbicara, datanglah pula Hana mendekati Keluarga Kudus. Sebagai seorang nabi perempuan, dia "mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem" (Luk 2:38). Hana mengimani sekaligus menyampaikan kepada semua orang bahwa sesungguhnya Anak itulah Sang Mesias, Pembebas Sejati Yerusalem, yang mereka nanti-nantikan. Bersama Simeon, sesungguhnya Hana telah diutus menjadi Misionaris-misionaris Lansia Perdana Sang Firman !
Setelah Keluarga Kudus melaksanakan kewajiban keagamaan di Bait Allah Yerusalem, sebagai Keluarga Yahudi yang mentaati Hukum Taurat, mereka kembali ke Galilea, ke Kota Nazaret, meneruskan kehidupan manusiawi mereka di sana. Dan Dia, Sang Mesias, Sang Putra Allah yang berinkarnasi itu, "bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya" (Luk 2:40).
Untaian kalimat pernyataan sekaligus pertanyaan terujar dari kedua belah bibir kudus Guru kepadaku, "Sekuat tenagamu, teladanilah Ibu Hana, Nabi Perempuan itu, dan jadilah misionaris bagiKu, di manapun, kapanpun, dan dalam situasi apapun ! Apakah engkau sanggup, Nak ?" Lagi-lagi aku tersipu, "Kuusahakan dengan sekuat tenagaku, Tuhan, karena jujur, aku sangat sering tergelincir dalam keraguan dan kebimbangan. Aku butuh penguatan dariMu dan dari para muridMu yang lain ...!"Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H