Kali ini aku berbincang panjang dengan Guru tentang salah satu peristiwa luar biasa, 'Kelahiran Yohanes Pembaptis'.
"Apakah engkau memahami makna kalimat ini, 'Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan iapun melahirkan seorang anak laki-laki' (Luk 1:57), Nak ?" Tuhan mengawali percakapan kami. Dengan sangat bersemangat aku menjawabNya, "Tentu saja, Tuhan, bahwa Elisabet sudah hamil selama sekitar sembilan bulan dan secara alamiah tibalah saatnya untuk melahirkan dan ternyata anaknya laki-laki." Guru tersenyum, "Benar, Nak. Yang lebih dari itu ?" "Memangnya ada makna yang lebih dari itu ?" tanyaku heran. "Andai tak ada, tentu Aku takkan menanyakannya !" Jawaban Guru membuatku tersipu, malu.
"Frasa 'Kemudian genaplah bulannya ...' sesungguhnya punya makna yang jauh lebih dalam bahwa Allah itu setia menepati FirmanNya, di saat Dia membuat janji, Dia akan menepatinya. Bukankah sebelumnya Tuhan telah berfirman kepada Zakharia, 'Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu' (Luk 1:13) ? Â Kalaupun bagimu dan bagi banyak orang berita ini adalah pengumuman kelahiran 'biasa', namun tidak demikian bagi Allah karena ini adalah saat penggenapan JanjiNya kepada Zakharia. Jadi peristiwa ini menunjukkan bahwa Allah itu setia, namun engkau tentu harus bersabar menunggu pemenuhan Janji SetiaNya !" Guru meneruskan ujaranNya, "Dan bukan hanya itu, frasa itu sekaligus juga menjadi pengumuman bahwa telah tiba waktunya bagi Allah untuk 'membuka pintu' Kisah Penebusan dan Penyelamatan yang luar biasa, dan itu dimulai dengan kelahiran Bentara Mesias yang 'Namanya adalah Yohanes' (Luk 1:63)." Â
Aku menyambut perkataan Tuhan, "Karena Zakharia dan Elisabet dianugerahi penggenapan Janji Tuhan kepada mereka, bahkan mendapat rahmat yang sungguh besar karena anak mereka Yohanes, '... akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia ...' (Luk 1:16-17), maka tetangga-tetangga serta sanak saudaranya bersukacita bersama-sama mereka ?" "Perkataanmu tepat, Nak ! Tuhan yang amat setia dengan JanjiNya itu juga senantiasa menyediakan komunitas bagi Zakharia dan Elisabet di Desa Ein Karim. Tuhan menyediakan komunitas yang sungguh-sungguh bisa berduka dan menangis bersama Zakharia dan Elisabet, komunitas yang sekaligus dengan senang hati berempati dan mendorong semangat serta memberikan dukungan untuk tetap beriman dan berkehidupan yang selayaknya, baik dalam bentuk dukungan moral maupun material, pada saat-saat mereka menderita, antara lain karena belum mempunyai anak hingga usia lanjut, dan itu adalah aib bagi keluarga-keluarga di antara Bangsa Israel. Dan sekarang ini, tibalah saatnya bagi komunitas yang sama untuk tertawa, bergembira, bersukacita, dan turut berbahagia bersama Zakharia dan Elisabet, 'Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmatNya yang begitu besar kepadanya, ...' (Luk 1:58)."
"Sungguh suatu komunitas yang luar biasa, Guru !" seruku, kagum. "Sekali lagi, benar, Nak. Satu pertanyaan besar bagimu, apakah engkau termasuk di antara orang-orang yang ada dalam komunitas semacam itu, yang sungguh-sungguh bisa berduka dan menangis bersama, atau di lain waktu tertawa, bergembira, bersukacita, dan turut berbahagia dengan sesamamu, dan senantiasa menyadari bahwa sesungguhnya kepedulianmu mampu menjadi 'Penyambung Tangan PenyelamatanKu' ?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H