Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mengkhawatirkan, TBC Kembali Jadi Momok!

18 Desember 2024   16:20 Diperbarui: 20 Desember 2024   00:12 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cara membedakan batuk biasa dengan TBC. (Sumber: Unsplash/Towfiqu barbhuiya via kompas.com)

Dengan penemuan yang sangat bersejarah sekaligus mengubah sejarah itu, Robert Koch berhasil membuktikan bahwa TBC bukan penyakit keturunan dan tidak pula disebarkan oleh vampir. TBC adalah penyakit menular. 

Atas jasanya yang luar biasa itu Robert Koch dianugerahi Hadiah Nobel Bidang Kedokteran dan Fisiologi pada tahun 1905.

Sangat harus dipahami sekaligus disadari bahwa TBC merupakan penyakit menular dengan 'eksternalitas tinggi'. Frasa eksternalitas tinggi mengadung arti, bila dalam suatu lingkungan ada orang yang menderita penyakit ini, maka sejumlah orang lain, terutama yang berkontak erat dengan penderita ini, sangat berisiko tertular. 

Penularan TBC terjadi melalui udara, kuman menyebar ketika pengidap penyakit TBC batuk, berbicara, atau bernyanyi. 

Fakta yang juga menjadi perhatian para pakar adalah bahwa TBC bukan hanya bisa menyerang paru-paru, melainkan juga, sebagai komplikasi, dapat 'bersarang' pada bagian lain dalam tubuh seperti otak, selaput otak, tulang belakang, sendi, tulang, kelenjar getah bening, saluran cerna, dan organ lainnya. 

TBC bisa memicu berbagai komplikasi lain seperti kerusakan paru-paru dan saluran napas dengan berbagai gejala termasuk sesak napas, batuk darah, dan gagal napas, anemia atau kurang darah, penumpukan udara atau cairan pada rongga selaput paru-paru atau pleura, hingga yang terburuk, sepsis, koma, bahkan kematian.

Walaupun jumlah kematian akibat TBC turun dari 1,32 juta pada tahun 2022 menjadi 1,25 juta pada tahun 2023, namun jumlah total orang yang jatuh sakit sedikit meningkat menjadi sekitar 10,8 juta pada tahun 2023, menurut data WHO. 

Data ini menunjukkan bahwa upaya penggulangan penyakit TBC secara global belum memuaskan, atau menurut istilah WHO, 'masih berada di luar jalur'.

Inilah mungkin alasan dr. Tedros menggunakan istilah 'memalukan' karena selama beribu tahun sejak penyakit ini mulai ada, dan sekitar delapan dekade sejak penemuan obat tuberkulosis yang telah melalui proses yang panjang, penyakit ini masih belum bisa 'dikalahkan'.

Namun, pada sisi lain, kita perlu mengingat sejumlah hal yang dapat mempengaruhi 'eksistensi' penyakit ini. Karena TBC merupakan penyakit infeksi maka ada tiga faktor yang sangat berperan yaitu 'host', 'agent', dan 'environment'. 

Dari sisi host, imunitas atau daya tahan tubuh penderita sangat menentukan, dan daya tahan tubuh ini ditentukan pula oleh sejumlah hal termasuk genetik, pola makan dan status gizi, status sosial ekonomi, kebiasaan seperti merokok dan konsumsi alkohol, stres, pola tidur, keadaan lingkungan, konsumsi obat tertentu dalam jangka lama, ada atau tidaknya penyakit penyerta atau komorbiditas semisal diabetes, hipertensi, HIC-AIDS, dan sebagainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun