sangat berkuasa. Begitu banyak penyembuhan dilakukanNya, orang mati dibangkitkanNya, bahkan pengampunan dosa diberikanNya. Dan salah satu perbuatanNya yang sangat dramatis, yang mencengangkan sekaligus memantik kejengkelan Imam-imam Kepala dan Para Ahli Taurat adalah di saat "Yesus membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati" (Mat 21:12) di Bait Allah.
Aku, para murid Yesus, dan orang banyak, serta Para Ahli Taurat dan Orang-orang Farisi menyaksikan luar biasa banyaknya perbuatan Guru yang menunjukkan bahwa Dia adalah seorang yangDan hari ini aku juga mengikutiNya ke Bait Allah, di mana Dia mengajar orang banyak. Kejengkelan yang semakin lama semakin memuncak dalam diri Imam-imam Kepala serta Tua-tua Bangsa Yahudi mendorong mereka bertanya kepadaNya tentang kuasa apa yang dipergunakanNya untuk melakukan banyak hal itu, dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepadaNya. Seperti lazimnya perdebatan di antara para rabi, Yesus justru menjawab pertanyaan mereka dengan pertanyaan pula, suatu tindakan yang amat cerdik dan bijaksana, "Dari manakah baptisan Yohanes ? Dari Sorga atau dari manusia ?" (Mat 21:25).
Pertanyaan Guru itu membawa mereka ke dalam situasi yang sangat dilematis sehingga mereka merasa perlu mendiskusikannya secara serius. Ketidakpercayaan mereka akan baptisan Yohanes akan dipertanyakan Yesus kalau mereka menjawab bahwa baptisan itu dari Sorga. Sebaliknya, jawaban bahwa baptisan itu dari manusia akan memicu kemarahan orang banyak kepada mereka karena orang banyak itu percaya bahwa Yohanes Pembaptis adalah nabi. Mereka bingung dan di dalam kebingungan itu, mereka tidak mau ambil risiko, memberi pengakuan palsu seakan tidak tahu menahu tentang baptisan Yohanes. Mereka rupanya lupa bahwa dengan cara itu sebenarnya justru tergambarkan dengan sangat gamblang bahwa mereka tidak memiliki kapabilitas dan otoritas, mereka justru meruntuhkan kredibilitas mereka sendiri di hadapan Guru dan orang banyak. Secara sangat cerdik dan bijaksana pula Guru menjawab mereka, "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu" (Mat 21:27).
Aku bertanya, "Mengapa Engkau tidak menjawab secara lugas kepada mereka bahwa kuasaMu adalah Kuasa Ilahi, Guru ?" Guru menatapku dan menyahut, "Lupakah engkau akan SabdaKu, '... hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati' (Mat 10:16) ? Kelompok manusia yang bertanya itu adalah mereka yang 'berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya' (1Ptr 5:8)." Kemudian Guru bertanya kepadaku, "Dan apa yang sedang kaupikirkan saat ini ?" Dengan senyum malu aku memberanikan diri menjawabNya, "Aku sedang memperkuat tekad untuk semakin percaya akan Kuasa IlahiMu sekaligus semakin berupaya melakukan segala sesuatu seperti yang Kaulakukan, semampuku, karena aku mengerti bahwa di saat-saat Engkau tidak lagi memiliki tangan-tangan jasmani di dunia, akulah yang menjadi salah satu di antara begitu banyak Tangan-tanganMu ..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H