Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pengalaman Imajiner dengan Yesus : Matius 17:10-13, "... berilah jawaban hanya kepada hatimu !"

14 Desember 2024   09:48 Diperbarui: 14 Desember 2024   09:57 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.sesawi.net/mempersiapkan-parousia/

Rupa-rupanya para murid Yesus pernah mendengar dari Para Ahli Taurat bahwa sebelum kedatangan Mesias, Elia harus lebih dahulu datang. Informasi itu mereka tanyakan kepada Guru dan Guru menjawab bahwa hal itu benar. Dan memang itu benar sesuai nubuat Nabi Maleakhi, "Sesungguhnya Aku akan mengutus Nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu" (Mal 4:5). Ya, dia adalah Yohanes Pembaptis, seperti yang dimengerti oleh para murid, namun sekaligus dia adalah 'Elia yang lebih besar', yang ditegaskan oleh Malaikat Gabriel pada saat mengunjungi Zakharia, Ayah Yohanes, "... ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia" (Luk 1:17). Dan Elia yang lebih besar itu, melalui baptisan pertobatannya, mulai melakukan rekonsiliasi agar sebanyak mungkin orang dapat dengan pantas mempersiapkan diri untuk kedatangan Yesus, Sang Anak Domba Allah, Sang Mesias.

Namun sayangnya, lanjut Guru, Nabi Elia yang sudah datang itu tidak dikenal dan kemudian ditolak oleh orang banyak. Bahkan akhir hidupnya begitu dramatis dan tragis, kepalanya dipenggal atas perintah Herodes ! Dengan sangat tegas, Guru menyampaikan pula bahwa kenyataan yang sama juga akan dialami Sang Mesias, "Anak Manusia akan menderita oleh mereka" (Mat 17:12), Para Ahli Taurat. Orang-orang Farisi, Orang-orang Saduki, Kelompok Herodian, dan orang banyak yang menolak Dia, pada saat  "Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya" (Yoh 1:11).

"Engkau sudah selesai dengan pikiranmu ?" seketika ujaran Guru membuyarkan refleksiku. "Oh, eh, sudah, Guru," jawabku gugup. "Mengapa engkau juga tak jarang membuat Aku menderita, sama seperti Orang-orang Farisi dan teman-teman mereka itu ?" tanyaNya lagi. "Bagaimana mungkin aku berani melakukan itu kepada DiriMu yang sudah mulia di Surga ?" sahutku heran dan bingung. "Bukankah telah berulang kali kaudengar SabdaKu bahwa sesungguhnya Aku hadir dalam diri semua orang, baik yang dekat denganmu, keluarga, kerabat, sahabat, dan teman-temanmu, maupun orang-orang lain yang terasa kauh darimu, bahkan mereka yang asing yang tak pernah kaukenal dan kaupedulikan ? Dan, apa yang kaulakukan bagi dan kepada mereka terlebih di saat-saat engkau menantikan kedatanganKu kembali ? Tak perlu kauberi jawaban kepadaKu, berilah jawaban hanya kepada hatimu !"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun