Kali ini Guru membeberkan fakta perbandingan 'kedatangan' Yohanes Pembaptis dengan DiriNya.
Guru 'menampilkan' Yohanes yang disebut orang banyak, angkatan ini, generasi Yahudi saat ini, sebagai "kerasukan setan" (Mat 11:18) karena dia tidak makan dan minum, kalaupun makan dan minum, dia hanya 'menikmati' belalang dan madu hutan. Penampilan Yohanes-pun aneh menurut pandangan dan budaya mereka, karena dia hanya memakai bulu unta sebagai jubahnya dan menggunakan kulit sebagai ikat pinggangnya. Sedangkan Yesus, Sang Guru, datang dengan penampilan dan pola makan yang 'normal', makan dan minum sebagaimana layaknya Orang Yahudi, namun disebut juga sebagai "pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa" (Mat 11:19).
Sesungguhnya generasi Yahudi ini, angkatan ini, tidak mempunyai telinga untuk mendengar tawaran Kerajaan Allah sehinga mereka seperti 'anak-anak yang tidak menari' di saat teman-temannya meniup seruling, seperti 'anak-anak yang tidak berkabung' di saat teman-temannya menyanyikan kidung duka di pasar. Mereka tidak memberikan tanggapan yang sepantasnya, bahkan 'tidak mempedulikan upaya teman-teman mereka meniup seruling dan menyanyikan kidung duka', sama seperti tindakan mereka yang menolak tawaran kerajaan Allah. Mereka menolak, baik Yohanes, yang datang sesuai nubuat Nabi Yesaya sebagai "suara orang yang berseru-seru di padang gurun" (Mat 3:3), maupun Yesus yang datang sebagai Anak Domba Allah, seperti yang dikatakan Yohanes, "Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasutNya" (Mat 3:11), dan yang sejak kekal telah diwahyukan Allah sendiri, dan di sepanjang perjalanan sejarah manusia senantiasa dinubuatkan pula oleh para nabi.
Angkatan ini, generasi Orang Yahudi ini, menolak Yohanes karena 'orang aneh ini' tidak sesuai dengan gambaran dan harapan mereka tentang seorang nabi seperti Nabi Elia yang begitu agung dan berwibawa. Dan mereka juga menolak Yesus sebagai Mesias karena 'pelahap dan peminum itu' dianggap melanggar 'pakem teologis' yang mereka pegang dan anut secara kuat dan teguh sejak diadakannya perjanjian di antara Allah dengan nenek moyang mereka, 'pakem teologis' Yahudi yang tertera dalam Taurat Musa dan Kitab Para Nabi, karena Dia justru bukan hanya makan dan minum, tetapi juga 'bersahabat' dengan pemungut cukai dan orang-orang berdosa yang 'najis'.
Namun, sesungguhnya mereka semua gagal paham tentang tawaran Kerajaan Allah yang benar-benar telah hadir secara nyata di tengah-tengah mereka sekiranya mereka mau membuka mata untuk melihat dan membuka telinga untuk mendengar. Dan Kerajaan Allah itu memang tidak seperti pemikiran, cita-cita, dan harapan mereka, "Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman TUHAN" (Yes 55:8).
Menutup refleksiku, aku mendengar Guru bertanya, "Yakinkah engkau bahwa saat ini, di tengah kerumunan orang-orang ini, engkau tidak serupa dengan mereka, dan bahwa engkau sungguh yakin kalau Hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatan-perbuatan kasihmu ?" Sulit bagiku untuk mengangguk atau menggeleng hingga akhirnya yang sanggup kulakukan hanya menunduk malu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI