Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pengalaman Imajiner dengan Yesus : Matius 18:12-14, "Kau harus melakukan lebih dari itu !"

10 Desember 2024   09:39 Diperbarui: 10 Desember 2024   09:39 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada saat Guru menyampaikan pertanyaanNya, "Bagaimana pendapatmu ? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, ...", pikiranku segera melayang ke perilaku domba-domba karena akupun seorang penggembala domba. Domba adalah hewan menggemaskan sekaligus lugu dan tak berdaya. Mereka dapat dilatih untuk mendengarkan dan mengenali suara gembalanya, namun begitu, kemungkinan tersesat tetap besar. Karena itu domba-domba membutuhkan kandang dan jika mereka sedang merumput,domba-domba itu harus selalu diawasi oleh gembala yang siaga dan waspada.

Mengapa domba-domba harus dipastikan dalam keadaan aman ? Karena saking lugunya, para domba tidak menyadari bahaya yang mengintai mereka. Jadi, mereka adalah mangsa empuk bagi hampir semua predator, bagi beruang, kawanan singa, serigala, atau anjing hutan. Ironisnya, pada saat menghadapi pemangsa, domba tidak mampu seperti burung yang segera terbang tinggi, tidak sama dengan rusa yang segera berlari kencang, atau bahkan seperti kerbau yang berusaha melawan dengan tanduknya. Karena itu, sekali lagi, domba-domba membutuhkan gembala-gembala yang tangkas, siaga, dan waspada.

Guru mengandaikan seekor di antara seratus domba itu tersesat, apa yang akan dilakukan si empunya ? Jelas, seperti yang juga disampaikan Guru, jika aku yang mengalami itu, akan kutinggalkan sembilan puluh sembilan ekor domba yang tidak tersesat di tempat yang aman dan kutitipkan mereka kepada gembala yang lain, kemudian aku akan berusaha menemukan domba yang sesat itu. Tentu kegembiraan amat besar kurasakan jika domba yang tersesat itu kutemukan kembali, kegembiraan yang jauh lebih besar daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan domba yang tak tersesat !

"Sesungguhnya apa yang ingin Guru sampaikan ?" tanyaku kepadaNya. Sembari memandang ke kejauhan, di mana terlihat banyak sekali kawanaan domba yang sedang merumput, Guru menjawab, "Kau masih ingat SabdaKu tadi tentang penyesatan, 'Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya' (Mat 18:7) ?" Aku menjawab dengan bersemangat karena untaian Sabda itu masih segar dalam ingatanku, "Tentu, Guru !" Guru melanjutkan ujaranNya, "Ingatlah, Nak. Sangat baik dan menjadi kewajibanmu jika engkau tidak menyesatkan sesamamu, tetapi itu tidak cukup ! Kau harus melakukan lebih dari itu ! Pertama, berusahakeraslah agar engkau sendiri tidak tersesat, jika engkau tersesat, kembalilah kepada Gembala dan kawananmu ! Dan yang kedua, engkau juga harus ikut bertanggung jawab mencari dan menemukan mereka yang tersesat, entah oleh alasan apapun ! Itulah yang harus kaulakukan karena 'Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang' (Mat 18:14), engkau ataupun sesamamu, yang sangat dekat dan lekat di HatiNya yang Maha Kudus !"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun