buruk ? Benarkah aku akan ditangkap dan dianiaya ? Benarkah aku harus mempertanggungjawabkan segalanya di rumah-rumah ibadat bahkan di penjara-penjara ? Benarkah aku harus menghadap kepada raja-raja dan penguasa-penguasa ? Benarkah aku akan berseteru dengan sahabat-sahabatku, kaum keluargaku, saudara-saudaraku, bahkan dengan orang tuaku sendiri, mereka yang karenanya aku ada di dunia ini ? Katakanlah tidak, Guru !" Â Semakin lama suaraku semakin keras, bahkan aku berteriak tanpa kusadari, dan tanpa kusadari pula air mata telah membanjir di pelupuk kedua mataku.
Kali ini aku bukan hanya tercengang, terkejut, dan terperangah mendengarkan Sabda Guru, aku gemetar, sungguh, aku gemetar dan dalam keadaan masih gemetar, aku meminta penegasan dariNya, agar apa yang dikatakanNya itu sungguh tidak benar, "Benarkah, Guru, sebagai pengikutMu, aku akan menghadapi segala hal yangKulihat Guru diam, tak berkata sepatahpun kepadaku. Kulanjutkan bertanya kepadaNya, "Benarkah aku akan dibenci semua orang oleh karena namaMu ? Dan, benarkah aku akan termasuk di antara pengikutMu yang dibunuh ? Jawablah aku, Guru, jawablah aku ... ! Katakanlah tidak, Guru !"
Dia membelai lembut kepalaku sembari 'memberondong'ku dengan ujaran penuh wibawa namun sarat kasih, "Bukankah telah berulang kali Kukatakan kepadamu, engkau harus memanggul salibmu setiap hari jika ingin mengikuti Aku ? Bukankah telah juga Kukatakan kepadamu, engkau tidak boleh melekat kepada mereka yang bahkan kaucintai, termasuk nyawamu sendiri, jika engkau mau menjadi muridKu ? Pernahkah Kujanjikan jalan duniawi yang nyaman dan menyenangkan akan kautempuh jika mengikuti Aku ? Bukankah kuperintahkan engkau untuk menapaki pintu dan jalan yang sempit, karena sempit dan sukarlah pintu dan jalan yang membawamu kepada hidup ? Dan sekarang, mengapa engkau gemetar dan gentar ?"
Dia menghela napas panjang lalu berujar lagi kepadaku, tegas dan lugas, "Segera tinggalkan Aku sekarang juga jika engkau masih gemetar dan gentar !" Dengan sekuat tenaga yang masih tersisa kujawab Tuhan, "Tidak, Tuhan, aku akan berusaha untuk tetap bersamaMu, dalam jatuh dan bangunku, dalam tersungkur dan tegakku, dalam duka dan sukaku, dalam terhempas dan berdirinya aku, bahkan dalam gemetar dan gentarnya aku !"
"Mengapa, Nak ?" Tuhan bertanya lagi. "Karena barusan Engkau bersabda, 'Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu'. Â ... 'Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu' (Luk 21:15,18-19)."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H