Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sukacita Gereja Kristen Katolik : Saat Perawan Maria Dipersembahkan kepada Allah

21 November 2024   08:57 Diperbarui: 21 November 2024   09:19 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
catholicharboroffaithandmorals.com

Kehidupan kanak-kanak Maria begitu tenang, bahkan tersembunyi, sebagaimana layaknya kerendahan hatinya, "Kehadirannya di tengah-tengah Umat Israel tak menyolok sedemikian, sehingga hampir tidak diperhatikan oleh orang-orang semasanya, namun kehadiran itu bercahaya di hadapan 'Yang Kekal' yang telah menarik 'Putri Sion yang tersembunyi itu' ke dalam rencana keselamatan yang melingkupi seluruh sejarah bangsa manusia" (Redemptoris Mater 3).

Apa yang sesungguhnya terjadi pada masa kanak-kanak Maria, Perawan Terberkati ? Para Penulis Kitab Suci tidak menceritakannya. Fakta-fakta ini memunculkan pertanyaan demi pertanyaan dalam pikiran dan hati Umat Kristen awal. Maka Para Pengikut Tuhan yang didorong oleh kesalehan, walau tak jarang 'tergelincir' ke dalam kesalahan, memunculkan sejumlah cerita sederhana yang diilhami oleh bagian-bagian dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Mereka menuangkannya ke dalam seni, puisi, dan spiritualitas Kristen.

Kita berpaling ke Protoevangelium Yakobus, salah satu tulisan apokrif, yang tidak diakui sebagai bagian Alkitab karena tidak ditulis dengan ilham Roh Kudus, namun ada unsur-unsur sejarah lisan yang terkandung di dalamnya dan hal itu dipercaya oleh sebagian jemaat perdana. Protoevangelium Yakobus berkisah juga tentang Maria dipersembahkan di Bait Suci Yerusalem. Perjalanan Yoakim dan Anna membawa Maria menuju Yerusalem dari Kota Nazaret adalah perjalanan ziarah menuju Rumah Tuhan.  Yoakim dan Anna mempersembahkan putri mereka kepada Tuhan, sama seperti Elkana dan Hana yang mempersembahkan Samuel, putra mereka.

Kita kembali menyimak Protoevangelium Yakobus. Tibalah saatnya, kanak-kanak Maria, yang baru berusia tiga tahun itu, dibawa ke Bait Allah oleh orang tuanya, Yoakim  dan Anna. Maria dibawa untuk dipersembahkan dan dikuduskan bagi Yahwe, Allah Abraham, Allah, Ishak, dan Allah Yakub. Gadis kecil kudus itu harus menaiki lima belas anak tangga untuk mencapai altar di mana Imam Besar sedang menunggunya. Angka limabelas pada deretan anak tangga itu menggambarkan Mazmur 120 hingga 134, untaian mazmur yang dinyanyikan Orang Israel ketika mereka pergi untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan.

Seketika Imam Besar menundukkan kepalanya kepada Maria sebagai tanda penghormatan. Ia memberi isyarat agar Maria memasuki Tempat Kudus. Dengan langkah sangat anggun, dengan tangan terkatup sopan, dan dengan tatapan yang terpaku ke tempat kudus, Maria, yang baru berusia tiga tahun itu,  masuk dan seolah hatinya bertutur, "Aku ini adalah hamba Tuhan ..." (Luk. 1 : 38).  Ibu Anna menemani Sang Putri Tercinta dengan pandangan waspada, tangannya terbuka saat mempersembahkan Maria kepada Yahwe melalui Imam Besar. Yoakim, Sang Ayah, dari balik tubuh istrinya, mengamati Sang Putri dengan tatapan lembut penuh kasih. Hati keduanya begitu tenang dan bahagia karena mereka menyadari, saat ini mereka hanya memberikan kembali kepada Tuhan apa yang sudah dihadiahkanNya kepada mereka, yang sekaligus tetap milikNya.

Tak jauh berbeda dengan hati kedua orangtuanya, hati Mariapun begitu tenang, bening, dan bersukacita saat bertemu Yahwe. Pada saat yang amat kudus dan indah itu, Maria kecil seakan menyenandungkan Kidung Agung, "Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api Tuhan !"  (Kid. 81 : 6).

Kita rayakan dengan sukacita, Pesta Santa Maria Dipersembahkan kepada Allah, 21 November. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun