Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pengalaman Imajiner dengan Yesus : Lukas 17:11-19, "Agaknya Mereka Merasa... "

13 November 2024   09:05 Diperbarui: 13 November 2024   13:59 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://studyprayserve.com/

Aku mengikuti "Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea" (Luk 17:11) "Dalam perjalananNya ke Yerusalem" (Luk 17:11). Aku begitu terkejut "Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia" (Luk 17:12). Seketika terbersit dalam pikiranku Hukum Taurat tentang penderita kusta, "Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun: 'Apabila pada kulit badan seseorang ada bengkak atau bintil-bintil atau panau, yang mungkin menjadi penyakit kusta pada kulitnya, ia harus dibawa kepada imam Harun, atau kepada salah seorang dari antara anak-anaknya, imam-imam itu. Imam haruslah memeriksa penyakit pada kulit itu, dan kalau bulu di tempat penyakit itu sudah berubah menjadi putih, dan penyakit itu kelihatan lebih dalam dari kulit, maka itu penyakit kusta; kalau imam melihat hal itu, haruslah ia menyatakan orang itu najis. ... Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis ! Najis ! Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya'." (Im 13:1-3, 45-46).

Karena mereka itu najis, maka "mereka tinggal berdiri agak jauh" (Luk 17:12) dan hanya bisa "berteriak: 'Yesus, Guru, kasihanilah kami !'" (Luk 17:13). Sekali dan sekali lagi, kulihat Wajah Belaskasihan Tuhan, "Lalu Ia memandang mereka dan berkata: 'Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.'" (Luk 17:14). Aku teringat akan SabdaNya, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya" (Mat 5:17). Makanya Ia menyuruh mereka pergi kepada Imam-imam, sesuai Firman Tuhan kepada Musa, "Inilah yang harus menjadi hukum tentang orang yang sakit kusta pada hari pentahirannya: ia harus dibawa kepada imam, dan imam harus pergi ke luar perkemahan; kalau menurut pemeriksaan imam penyakit kusta itu telah sembuh dari padanya, maka imam harus memerintahkan, supaya bagi orang yang akan ditahirkan itu diambil dua ekor burung yang hidup dan yang tidak haram, juga kayu aras, kain kirmizi dan hisop" (Im 14:2-4).

Rupanya benar-benar kembali terjadi mujizat oleh KuasaNya, "Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir" (Luk 17:14). Dan, lagi-lagi aku terkejut pada saat "Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepadaNya. Orang itu adalah seorang Samaria" (Luk 17:15-16).

Walaupun Dia pasti tahu apa yang akan terjadi, namun "Yesus berkata: 'Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir ? Di manakah yang sembilan orang itu ? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini ?'" (Luk 17:17-18). Dan bukan hanya kesembuhan jasmani dari penyakit kustanya, Orang Samaria itu mendapatkan peneguhan rohani yang pasti takkan dilupakannya seumur hidup, "Lalu Ia berkata kepada orang itu: 'Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau'." (Luk 17:19).

Rasa penasaranku belum terjawab, seperti pertanyaan Tuhan, "Di manakah yang sembilan orang itu ? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini ?" (Luk 17:17-18).

Tuhan langsung menjawabku, "Kautahu mengapa hanya Orang Samaria ini yang datang dan mengucap syukur ? Karena ia najis, bukan hanya oleh kustanya, tetapi juga oleh 'Samaria'nya karena Orang-orang Samaria dianggap najis oleh Orang-orang Yahudi. Dalam 'tahu dirinya', Orang Samaria ini 'tahu berterimakasih dan bersyukur' !

"Mengapa yang sembilan orang itu tidak kembali kepadaMu, Tuhan ?" "Karena mereka merasa Anak-anak Yahwe, Bangsa Pilihan, sehingga terbentuk kesombongan di dalam hati mereka. Agaknya mereka merasa bahwa Rahmat Allah adalah hak mereka sebagai Bangsa Pilihan, dan karenanya mereka tidak perlu berterimakasih apalagi bersyukur atas Rahmat itu ! Mereka lupa bahwa 'Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.' (Luk 17:10)."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun