Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Catatan Cinta Paulus bagi Korintus (10) : Kebebasanku Ialah Tidak Menggunakan Hakku ...

10 November 2024   15:33 Diperbarui: 11 November 2024   06:50 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa Paulus merasa perlu menegaskan dan seakan 'membanggakan' kedudukannya sebagai Rasul Kristus serta panjang lebar mengulas hak-hak Rasul ? Apakah untuk pembenaran diri bahwa semua hak itu juga akan digunakan dan dinikmatinya ?  Sekali-kali tidak ! Tulisan Paulus menegaskan hal itu, "Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya akupun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada ...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapapun juga !" (1 Kor 9:15).Sejak "Akulah Yesus yang kauaniaya itu" (Kis 9:5b) 'menangkap'nya dalam perjalanan ke Damsyik, sejak itu pula Paulus memutuskan untuk menjadi alatNya, mewartakan Kabar Gembira Kristus, dengan segala konsekuensinya ! "Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Semua orang yang mendengar hal itu heran dan berkata: 'Bukankah dia ini yang di Yerusalem mau membinasakan barangsiapa yang memanggil nama Yesus ini ? Dan bukankah ia datang ke sini dengan maksud untuk menangkap dan membawa mereka ke hadapan imam-imam kepala ?' Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan, bahwa Yesus adalah Mesias. Beberapa hari kemudian orang Yahudi merundingkan suatu rencana untuk membunuh Saulus" (Kis 9:20-23).

Bahkan Barnabas menjadi saksi, "... menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceriterakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus" (Kis 9:27) di saat "Setibanya di Yerusalem Saulus mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid" (Kis 9:26). Keberanian Paulus dalam karyanya juga tercatat dalam bagian lain Kisah Para Rasul, "Dan Saulus tetap bersama-sama dengan mereka di Yerusalem, dan dengan keberanian mengajar dalam nama Tuhan. Ia juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, tetapi mereka itu berusaha membunuh dia" (Kis. 9:28-29).

Tentu saja sangat banyak karya-karya Paulus yang lain dalam perjalanan-perjalanan misionernya yang bisa diulas, bahkan dibanggakan ! Namun, bagi Paulus sendiri, "... jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil." (1 Kor 9:16).

Paulus merasa sangat beruntung diperbolehkan ikut serta dalam Pewartaan Injil, bahkan tanpa upah dan tanpa merasa perlu mempergunakan haknya, "Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku. Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil" (1 Kor. 9:17-18). Semua itu dilakukan Paulus, 'sebagai orang bebas' yang malah "menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang" (1 Kor 9:19). Dan semua itu dilakukannya "karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya" (1 Kor 9:23).

Paulus menutup Bab 9 Surat Pertamanya kepada Jemaat di Korintus dengan memberikan nasihat dan sekali lagi menjadikan dirinya sendiri sebagai teladan, "Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah ? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya ! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak" (1 Kor 9:24-27).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun