Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Refleksi Kehidupan Kristiani : Berfokus pada "Aku..., Aku..., dan Aku... !"

6 November 2024   09:26 Diperbarui: 7 November 2024   09:14 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pexels.com/photo/hands-in-front-of-white-and-black-background-3541916/

Banyak orang beriman Kristiani mengajak orang berfokus pada " Aku ..., Aku ..., dan Aku ... ". Aku yang menentukan hidupku, sukacita atau kesedihanku, terang dan gelap perasaanku, jernih dan tidak pemikiranku. Pandangan seperti ini ada benarnya jika seseorang sedang berada dalam situasi dan suasana 'masih bisa berpikir tenang', atau bahkan dalam situasi dan suasana begitu nyaman. 

Namun, jangan lupa, ada saat di mana orang sedang 'tenggelam' bahkan amat dalam pada situasi dan suasana kesendirian, loneliness, yang mungkin sulit dimengerti oleh orang lain, yang hanya dia dan Tuhan yang mengerti. Dalam situasi dan suasana seperti ini, bisa jadi tidak berlaku segala aturan atau hukum normatif, bahkan mungkin yang ada dalam Sabda Allah sendiri ! Dan, pasti, bahkan Allah-pun memahami situasi dan suasana hati orang yang 'tenggelam' seperti ini !

Apa bahayanya kalau kita selalu berfokus pada "Aku yang harus begini ..., Aku yang harus begitu ..., dan seterusnya" ? Kita bisa terjebak pada 'kepedulian ala kadarnya' karena kita berpandangan dan berkeyakinan bahwa seharusnya orang itu berpikir "Aku yang harus bangkit sendiri !", "Aku yang harus mencari jalan keluar dari masalahku !", "Aku yang harus membahagiakan diriku sendiri !", "Aku yang harus ....., harus ....., harus ..... !" Kita juga akan dengan mudah menghakimi orang sebagai 'terlalu cengeng', 'terlalu takut melangkah', 'tidak percaya diri', 'terlalu khawatir', 'kurang percaya', bahkan 'tidak beriman' ! 

Benar sekali bahwa semua orang diciptakan Allah begitu baik, bahkan sangat amat baik, "... menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka" (Kej 1:26-27). Dan Yesus sendiri bersabda, "Janganlah kuatir  akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian ?" (Mat 6:25). Dan Allah juga meneguhkan dengan SabdaNya, "Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kananKu yang membawa kemenangan" (Yes 41:10). 

Namun, jangan lupakan pula apa yang terjadi pada peristiwa Yesus memberi makan lima ribu orang, di saat "Menjelang malam, murid-muridNya datang kepadaNya dan berkata: 'Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.'" (Mat 14:15), di saat itu, "... Yesus berkata kepada mereka: 'Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.'" (Mat 14:16). 

Kita perlu ingat pula SabdaNya yang tegas bahkan keras, "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya dan kambing-kambing di sebelah kiriNya. ... Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. ... Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku" (Mat 25:31-33, 41, 45). 

Maka, kepedulian yang sungguh-sungguh itu penting seperti nasihat Santo Paulus, "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu. Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus" (Gal 6:2). Dan ingatlah, nasihat demi nasihat sering kali tidak berguna bagi orang yang sedang tenggelam amat dalam pada pergumulan kehidupannya, seperti yang diajarkan Rasul Yakobus, "Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan ? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia ? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: 'Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang !', tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu ?" (Yak 2:14-16). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun