Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Catatan Cinta Paulus bagi Korintus (6) : Nasihat tentang Asketisme Seksual

5 November 2024   09:34 Diperbarui: 11 November 2024   06:47 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada bagian selanjutnya dari Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus, dalam Bab 7 ayat 1 hingga Bab 11 ayat 1, Santo Paulus mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya oleh Jemaat Korintus. Ia mengawali dengan, "Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku" (1 Kor 7:1). Jawaban pertama Paulus menyangkut pertanyaan tentang pernikahan. Dalam 16 ayat pertama Bab 7, Paulus menasihati mereka yang menikah, ayat 25-38 adalah nasihat untuk mereka yang belum menikah, dan ayat 39-40 untuk para janda. Di antara nasihat untuk mereka yang menikah dan belum menikah, dalam ayat 17-24, ada penjelasan tentang prinsip yang berlaku untuk keduanya.

Terkesan bahwa pada masa itu 'asketisme' dalam masalah seksual telah dianjurkan oleh beberapa Orang Kristen di Korintus. Asketisme adalah suatu usaha untuk mencapai kesempurnaan sejati, dengan maksud penebusan dosa, namun hanya sebagai kebajikan tambahan. Menurut Rasul Paulus itu adalah hal yang baik, "Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin" (1 Kor 7:2). Dalam bagian lain, Paulus menulis, "Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku" (1 Kor 7:8), dan "Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang, adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya. Adakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian ! Adakah engkau tidak terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mencari seorang !" (1 Kor 7:26-27).

Namun, Paulus juga mengingatkan agar mereka tidak menangkap nilai yang sejati itu secara berlebihan atau malah memutarbalikkannya dengan cara tertentu. Paulus mengajak mereka 'melihat' masalah ini dengan sudut pandang yang lebih tepat dan sungguh memahami serta menyadari keterbatasan diri mereka sendiri. Terkesan Paulus juga ingin mengingatkan mereka akan immoralitas yang terjadi di Korintus. Ia menulis, "tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya" (1 Kor 7:2-4).

Memang Paulus mengecualikan situasi di mana suami dan istri boleh saling menjauhi, menjalani asketisme seksual, berpisah sementara demi kebaikan bersama, "dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa" (1 Kor 7:5a). Tetapi, "Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak" (1 Kor 7:5b).

Rasul Paulus juga menekankan tentang adanya 'karunia khusus' yang membantu orang sehingga mampu menjalankan asketisme seksual dan tidak semua orang menerima karunia serupa, "Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu" (1Kor 7:7). Pastilah di antara mereka ada yang tidak memiliki karunia itu, seperti yang dianugerahkan Tuhan sendiri kepada Paulus.

Jadi, sekali lagi, asketisme seksual itu baik, tetapi setiap orang perlu 'mengukur kemampuan diri' serta 'merefleksikan' dan tentu saja 'menjawab' dengan keterbukaan hati kepada Roh Kudus jika 'karunia khusus' itu diberikan kepadanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Gombalogi...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun