Sesudah Yesus, pada saat makan di rumah salah seorang pemimpin dari Orang-orang Farisi di suatu hari Sabat, berbicara tentang undangan bagi "... orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta" (Luk 14:13), agar "... mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar" (Luk 14:14), "... berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus: 'Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah" (Luk 14:15).
Tetapi, dengarkanlah apa yang dikatakan Yesus kepada orang itu, "Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang. Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat. Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh. Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuanKu" (Luk 14:16-24).
Setelah jamuan makan di rumah salah seorang Pemimpin Farisi itu usai, aku memberanikan diri bertanya kepada Tuhan sambil melangkah bersama, "Mengapa orang-orang yang diundang itu berdalih dengan begitu banyak alasan, Tuhan ?" Tuhan menghentikan langkahNya dan memberi isyarat kepadaku untuk duduk di dekatNya, di bebatuan yang ada di pinggir jalan itu. Tuhan berujar, "Orang-orang itu terlalu lekat dengan dirinya, dengan keluarganya, dengan segala milik kepunyaannya, dengan semua hal yang bersifat duniawi, karena 'Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada' (Mat 6:21). Mereka seakan tak pernah mengingat SabdaKu, 'Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu' (Mat 6:33). Mereka juga lupa akan "... harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu' (Mat 13:44). Mereka juga tidak ingat lagi akan "... seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu' (Mat 13:45)."
Lalu, dengan sorot mataNya yang lembut penuh kasih, Tuhan bertanya kepadaku, "Engkau salah satu dari orang-orang itu ?" Seketika Tuhan meneruskan langkahNya, meninggalkanku yang tertegun ....., sendiri ....., bercermin pada para undangan itu .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H