Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Liturgi Dalam, Menurut, dan Bagi Gereja Kristen Katolik (4) : Hiperdulia, Penghormatan kepada Maria, Bunda Perawan Terberkati

1 November 2024   14:36 Diperbarui: 1 November 2024   17:27 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
homeofthemother.org

Seseorang yang berdiam di negara atau daerah berbentuk kerajaan atau kekaisaran sangat mengerti betapa mereka sungguh-sungguh memuja serta menghormati sang raja atau kaisar. Dan penghormatan itu tidak hanya ditujukan kepada sang raja, melainkan juga kepada keluarganya, teristimewa ayah dan ibunya. Ayah dan ibu raja atau kaisar mendapat penghormatan, yang tentu saja tidak setara dengan pemujaan terhadap raja, tetapi pastilah jauh lebih tinggi daripada penghormatan terhadap sesama anggota masyarakat.

Yesus Kristus adalah Sang Maha Raja Kerajaan Damai. Yesus Kristus adalah Allah Putra, Pribadi Kedua Allah Tritunggal Maha Kasih. Yesus Kristus memiliki dua kodrat, Ilahi sekaligus Manusiawi melalui inkarnasiNya ke dunia. Dan inkarnasiNya terjadi melalui seorang perempuan  bernama Maria. Kodrat manusiawi Yesus Kristus, karena inkarnasiNya sebagai manusia, tidak dapat dan tidak pernah boleh dipisahkan dari kodrat Ke-Ilahi-anNya sebagai Allah Putra. Maka, peran ke-Ibu-an Maria tidak pula bisa dipisahkan, sebagai Ibu Yesus, Sang Anak Manusia, dan Ibu Tuhan, Sang Allah Putra.

Sesungguhnya tak seorangpun, di antara para Pengikut Kristus, Umat Kristen, yang mampu dan boleh menyangkal betapa istimewanya peran Maria, Bunda Perawan Terberkati, dalam perjalanan Karya Keselamatan yang dilaksanakan Putranya, Yesus Kristus. Betapa tidak adil bahkan tidak sopannya seseorang yang mengaku sebagai Pengikut Yesus Kristus jika dia tidak menghormati IbuNya lebih dari semua manusia yang pernah ada.

Maria adalah 'Hawa Baru', yang, "Sehubungan dengan penjelmaan Sabda Ilahi Santa Perawan sejak kekal telah ditetapkan untuk menjadi Bunda Allah" (LG 61), sebagaimana disabdakan Allah pada awal mula kepada ular, "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya" (Kej 3:15). Dan sejak awal mula itu pula, Maria telah dikuduskan, dibebaskan dari dosa secara amat istimewa, sehingga sesungguhnya Maria adalah 'immaculata conceptio' sejak kekal.

Maria adalah perempuan perkasa yang sanggup menyatakan dengan percaya diri, 'Ya' atas Tawaran Allah melalui Gabriel, tanpa minta pertimbangan siapapun, sekalipun dari Yoakim Ayahnya, Anna, Ibunya, ataupun Yusuf, Sang Tunangan. Maria adalah perempuan kudus yang menjadi 'Tabut Perjanjian Baru', yang mengandung Sang Firman di dalam rahimnya sekaligus menjadi manusia pertama yang benar-benar menerima Dia, mengimaniNya, serta menjadi PengikutNya. Maria adalah perempuan penuh kasih, yang dengan kasih keibuan yang luar biasa, memberikan daging dari dagingnya, tulang dari tulangnya, darah dari darahnya, serta hati dari hatinya, kepada Sang Putra yang sekaligus adalah Sang Firman. Maria pulalah yang menyertai perjalanan panjang Putranya, kalaupun pada saat-saat tertentu bukan dengan fisiknya, tetapi di sepanjang waktu dan kesempatan, selalu dengan hati dan cintanya yang genap. Dan Maria dengan hati berdarah kasih, begitu setia, mengiringi perjalanan Sang Putra menuju maut di kayu salib itu, di Golgotha. Perempuan itu, Maria, juga bertekun dalam iman, menantikan Kebangkitan Sang Putra yang pernah bersabda, "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga" (Luk 9:22). Ibu itu, Maria, juga mendampingi saudara dan saudari Kristus saat "Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, ..." (Kis 1:14), karena  "...tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus" (Kis 1:5). Dan pada saat pembabtisan dengan Roh Kudus itu, di Hari Pentakosta, Ibu Maria berada di tengah anak-anaknya.

Amat pantaslah setelah wafatnya, Perempuan Amat Perkasa sekaligus Teramat Kudus dan Terberkati ini, diangkat ke Surga, jiwa dan raganya, serta menerima Mahkota Kemuliaan Kekal sebagai Ratu Surga, Ratu Para Malaikat, dan Ratu Para Kudus.  

Karena segala keutamaan Maria maka Bunda Perawan Terberkati itu, mendapatkan penghormatan 'hiperdulia' melalui Gereja Kudus, penghormatan bagi Orang Kudus Pertama di Surga. Penghormatan bagi Ibu Maria bukanlah penyembahan, sangat amat jauh dari latria, penyembahan kepada Allah Tritunggal Maha Kasih, namun berkedudukan di atas penghormatan kepada Para Malaikat dan Para Kudus yang lain. Karena itulah kita dapat mengimani, 'Per Mariam Ad Iesum'.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun