Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Liturgi Dalam, Menurut, dan Bagi Gereja Kristen Katolik (2) : Latria, Penyembahan Hanya kepada Allah

31 Oktober 2024   11:19 Diperbarui: 1 November 2024   17:04 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
en.wikipedia.org/wiki/Latria

Kata penyembahan, dari kata 'weorthscipe' (Saxon), 'worship' (Inggris), dan, 'cultus' (Latin), memiliki makna umum 'penghormatan' atau 'pemujaan' yang diberikan kepada seseorang, sesuatu, atau benda. Siapa atau apa yang dihormati dan dipuja ? Siapa saja atau apa saja seperti pahlawan, raja, kaisar, atau pembesar lainnya, para malaikat, benda-benda yang dianggap suci, bahkan setan, oleh orang-orang tertentu.

Dalam Iman Kristen Katolik, penghormatan, pemujaan, dan penyembahan pertama-tama harus diarahkan kepada Allah Tritunggal Mahakudus, "Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu" (Kel 20:2-3). Pemazmur menyampaikan alasan mengapa Dia harus disembah, "Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel" (Mzm 22:4).

Jadi, penyembahan yang ditujukan langsung kepada Tuhan Allah adalah penyembahan tertinggi dan mutlak, yang menurut istilah teologis disebut 'Latria'. Istilah Latria berasal dari Bahasa Latin, 'Latria' atau dari Bahasa Yunani '', 'Latreia'. Arti asli istilah ini dalam Bahasa Yunani klasik adalah 'keadaan seorang pelayan upahan' atau 'pelayanan pada umumnya' Istilah ini terutama digunakan untuk 'Pelayanan Ilahi'.

Dalam teologi Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur, istilah itu diartikan sebagai 'adorasi' atau 'penyembahan', sebagai penghormatan mendalam yang ditujukan hanya kepada Allah Tritunggal Mahakudus. Latria secara sangat khusus hanya 'milik' Allah, dan jika ditujukan kepada makhluk ciptaan akan berubah makna menjadi penyembahan berhala. Santo Agustinus dari Hippo (354-430) menegaskan, "Latria... ea dicitur servitus quae pertinet ad colendum Deum", "Latria... itulah yang disebut penyembahan (ibadah) yang termasuk dalam ibadah kepada Tuhan."  

Gereja juga mengajarkan 'cara' menyembah Allah, "Menyembah Allah berarti dengan penuh hormat dan ketaklukkan absolut mengakui, 'keadaan makhluk yang tidak bernilai', yang memperoleh seluruh keberadaannya dari Allah. Menyembah Allah berarti memuja Allah, sebagaimana Maria di dalam Magnificat, bersyukur kepadaNya dan merendahkan diri dihadapanNya, waktu orang mengakui dengan penuh terima kasih bahwa Ia telah melakukan yang besar dan bahwa namaNya kudus adanya Bdk. Luk 1:46-49.. Menyembah satu-satunya Allah membebaskan manusia dari ingat diri, perbudakan dosa, dan pendewaan dunia" (KGK 2097).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun