Namun ada satu permintaan Yesus, "Pergilah, panggil suamimu dan datang ke sini" (Yoh 4:16). Syarat ini seperti petir di siang bolong bagi perempuan itu yang 'memaksanya' menjawab jujur, "Aku tidak mempunyai suami" (Yoh 4:17). Sebenarnya Yesus tidak bermaksud mempermalukan perempuan itu walaupun Dia tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya. Atas jawaban Perempuan itu, terkesan Yesus memuji kejujurannya, "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar" (Yoh 4:17-18). Kalimat Yesus ini sebenarnya lebih menggambarkan situasi Samaria dengan 5 dewa kafir mereka. Samaria telah berzina dengan 5 suami kafir! Itulah yang digambarkan oleh keadaan Perempuan Samaria ini. Dan 5 suami kafir itu sungguh menjadi penghalang Samaria untuk menerima Air Hidup!
Komunikasi yang terus berlanjut kembali menambah kekaguman Perempuan Samaria itu terhadap Tuan Yahudi, "Sir," the woman said, "I can see that you are a prophet" (Yoh 4:19).  Secara bertahap namun pasti, terjadi perubahan sapaan bagi Yesus, dari Orang Yahudi menjadi Tuan, dan sekarang Nabi. Perempuan itu melihat kesempatan untuk belajar lebih lanjut dari Nabi Yahudi itu! Katekese berlanjut, "Nenek moyang kami menyembah di atas gunung  ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah" (Yoh 4:20). Tampaknya 'kekafiran' perempuan ini mulai terkikis. Ia bertekad akan meninggalkan semua laki-laki yang mewarnai kehidupannya dan bersiap menerima Air Hidup. Pertanyaan Perempuan Samaria itu membuka jalan bagi Yesus untuk memperkenalkan Bapa yang harus disembah dalam Roh dan Kebenaran! "Kata Yesus kepadanya:'Percayalah kepadaKu, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran" (Yoh 4:21-24) Yesus mengingatkan bahwa Samaria telah meninggalkan Yahwe dan menyembah dewa-dewa kafir, tetapi Yahudi menyembah Dia yang dikenal. Yesus mengajak perempuan itu untuk meninggalkan perdebatan tentang kenisah, tempat ibadah, ritus, bahkan persembahan manusia! Semua itu perlu tetapi bukan yang utama, semua itu adalah pelengkap! Allah adalah Bapa dan Bapa yang adalah Roh Maha Pengasih itu menghendaki orang menyembahNya dalam Roh dan Kebenaran!
Yesus menyatakan dengan tegas bahwa Allah yang diwartakanNya tidak sama dengan Allah yang diwartakan Musa dan para pendiri agama. Â Bagi Yesus, Allah adalah Bapa! Bapa yang akrab dengan anak-anaknya, Bapa yang setiap saat dan di mana saja boleh dijumpai dan selalu bersedia diganggu, Bapa yang handphone-nya tidak pernah low batt, bahkan ada pesan veronica-nya, Bapa yang tidak menuntut segala sesuatu dari anak-anakNya tetapi sebaliknya memberikan segala-galanya bagi anak-anakNya. Dan hanya satu yang dibutuhkan Bapa, anak-anak yang berupaya menjadi serupa dengan Dia dalam Roh dan Kebenaran yaitu dalam kasih yang setia kepada sesama manusia. Â
Katekese Yesus membuat Perempuan Samaria itu kembali 'naik kelas' dalam pemahaman ajaran iman. Dia mulai berbicara tentang Mesias. "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami" (Yoh 4:25). Yesus langsung menyambut ujaran itu, "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau" (Yoh 4:26). Kalimat Kristus ini mengingatkan kita akan sabda Yahwe, "Akulah Aku" (Kel 3:14), pada saat Musa menanyakan Nama Allah Nenek Moyang Israel yang mengutusnya. Dengan berkata demikian, Yesus secara ekplisit menyatakan, "Aku adalah Dia adalah Allah."
Kisah berlanjut secara agak dramatis ketika para murid Yesus kembali. Mereka agaknya heran, mengapa Rabi bercakap-cakap dengan perempuan Samaria itu. Bahkan tawaran makanpun tidak diindahkanNya. Yesus mengingatkan mereka akan maksud kedatanganNya ke dunia, "MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya" (Yoh 4:34). Â
Pengenalan Perempuan Samaria terhadap Yesus semakin jernih, "Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: 'Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?'" (Yoh 4:28-29). Â Perempuan yang sebelumnya sundal, pezina, dan mungkin saja pelakor itu, ternyata mendapatkan sumber air hidup di dalam dirinya. Yesus memberikan sumber air dalam diri Perempuan Samaria justru dalam keterbatasan, kelemahan manusiawi, dan kedosaannya. Dan, lebih ajaib lagi, dalam keterbatasan dan kelemahan manusiawinya, dalam kedosaannya, Perempuan itu dipakai Kristus Tuhan untuk menjadi pewarta bagi orang-orang di sekitarnya, membawa orang-orang Samaria menjadi percaya kepada Kristus dan meninggalkan 5 dewa kafir mereka. Ia membawa orang-orang Samaria, bukan kepada dirinya sendiri melainkan kepada Kristus, "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia" (Yoh 4:41).Â
Di akhir Masa Katekumenat Kilat di Pinggir Sumur Yakub itu, dengan juga 'memakai' hati Perempuan Samaria itu, Yesus mendapatkan kembali 'domba-domba yang tersesat di Tanah Samaria'.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H