"Waduh, matek aku, Dok," Mark mencegat saya yang sedang melangkah menuju Kantor Camat. "Kok pagi-pagi udah bilang matek, Mark? Ada apa, sih?" Mark tersenyum kecut, "Kita ngobrol sebentar di kantin ya, Dok. Ada masalah yang sangat amat penting!" "OK," sahutku sambil mengikuti langkah kakinya.
"Aku ketahuan, Dok," "Lho, kamu itu ngomong yang jelas dong, Mark. Sejak tadi bikin saya bengong, bukan bingung lagi," saya mencoba mencairkan ketegangan Mark. Upaya saya tetap tidak berhasil. "Aku ketahuan 'main-main' sama Teny, sekretarisku. Rupanya Vania tau. Kok dia bisa tau ya, Dok?" Walaupun sudah bisa menangkap arah pembicaraan Mark, saya sengaja belagak bloon untuk ngerjain dia, "Mari kita perjelas ya, Mark. Emangnya kamu itu 'main-main' apa sama siapa tadi itu, Teny, ya, itu nama wanita, 'kan?"
Dengan jujur dan terbuka Mark bercerita tentang 'kedekatan'nya dengan Teny. Menurut Mark, sejak hari pertama masuk kantor di perusahaan itu, Teny sudah mulai memperlihatkan ketertarikannya kepada Mark. Makin hari Teny makin berani memberi perhatian bahkan untuk hal-hal kecil seperti membuatkan minuman. Awalnya Mark melihat Teny 'biasa-biasa saja'. Seiring waktu Mark mulai 'kepincut' penampilan dan perhatian gadis itu. Akhir-akhir ini mereka agak sering keluar dan makan berdua saat jam istirahat kantor.
"So?" "Tadi malam aku 'diadili' Vania, Dok." Seketika saya tertawa terbahak-bahak, "Ha ha ha, rasain lo... Nakal, sih.!" Lagi-lagi Mark tersenyum kecut, "Yang aku bingungkan, 'kok Vania bisa tau ya? Â Di kantor nggak ada yang tau hubungan kami lho, Dok. Apalagi 'kan 'belum jauh'. Vania juga jarang datang ke kantorku." "Lantas Vania bilang apa?" "Dia bilang, 'Segera pecat sekretarismu itu! Atau kamu yang aku pecat jadi suami!' Gitu, Dok." Sungguh saya tidak mampu menahan tawaku yang terpingkal-pingkal. Saya baru terdiam saat menoleh ke sekelompok ibu-ibu yang melotot ke arah saya.
"Mark, Mark... Kamu itu belum sepenuhnya kenal wanita! Karena itu kamu bingung menyaksikan 'keahlian' Vania! Perasaan wanita sangat peka, Mark. Itu salah satu keunggulan Kaum Hawa. Sering sekali mereka merasakan sesuatu atau bahkan merasakan sesuatu yang belum terjadi. Jangan tanya Vania, kok dia bisa tau because dia sendiripun mungkin nggak tau jawabnya. Yang pasti, bukan karena semua wanita dilahirkan sebagai peramal atau paranormal. Inipun tak berkaitan dengan mistik. Inilah yang dinamakan 'naluri'. Wanita lebih mampu menangkap 'pesan-pesan' dalam alam bawah sadar dibanding pria. Sekali lagi, mereka tidak mampu menjelaskannya tetapi seringkali mereka menangkap pesan-pesan itu dengan akurat dan tepat, seperti Vania menangkap 'kenakalan'mu, Mark, ha ha ha. Maka, jangan pernah main-main dengan naluri Vania !" "Aku dah minta maaf, tapi Vania belum mau ngomong sama aku. Tolongin dong, Dok, bilangin Vania, aku minta maaf." "OK, Mark. Tapi kamu mesti janji, nggak 'nakal' lagi. Kubilang Vania, 'kalau Mark 'nakal' lagi, suruh dia camping di halaman rumah, ha ha ha."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H