Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu" (Luk 1:30), "Kata malaikat itu kepadanya : 'Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.Â
Di saat "Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi.Â
Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya takhta Daud, bapa leluhurNya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan'" (Luk 1:30-33).
Bukannya semakin mengerti, Maria semakin bingung dengan penjelasan Gabriel itu. Dalam kebingungannya itu, bukan dalam keraguan dan kebimbangan, apalagi meminta 'tanda' seperti Zakharia, "Kata Maria kepada malaikat itu : 'Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami ?'" (Luk 1:34).Â
Terjemahan dari Bahasa Yunani ke Bahasa Inggris untuk ayat ini adalah, "And Mary said to the angel, 'How shall this be since I do not know a man?'", "Bagaimana mungkin itu terjadi sedangkan aku tidak 'mengenal' laki-laki, aku perawan ?"
Mengapa kalimat ini logis ?Â
Sebab Maria dan Yusuf baru dalam tahap 'kiddushin', tahap pertama dalam adat pernikahan Yahudi, dan karena itu mereka belum tinggal serumah dan tentu saja belum pernah melakukan hubungan suami istri ! Sepengetahuan Maria, hanya wanita yang sudah bersuami dan sudah pernah melakukan  hubungan suami istrilah yang bisa mengandung.
Apakah dengan kalimat yang dilontarkannya Maria ingin berdebat dengan Gabriel ? Sama sekali tidak ! Maria hanya mengutarakan keheranan manusiawinya yang mencuat justru dari kesucian dan kekudusan keperawanannya !Â
Maria hanya berusaha mendapat penjelasan sehingga hal yang amat besar itu bisa dipahaminya dengan baik. Dan hampir pasti, berita ini belum menjadi 'kabar sukacita' bagi Maria karena dia tahu konsekuensi persetubuhan apalagi kehamilan di luar nikah menurut Hukum Taurat,Â
"Apabila ada seorang gadis yang masih perawan dan yang sudah bertunangan--jika seorang laki-laki bertemu dengan dia di kota dan tidur dengan dia, maka haruslah mereka keduanya kamu bawa ke luar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati: gadis itu, karena walaupun di kota, ia tidak berteriak-teriak, dan laki-laki itu, karena ia telah memperkosa isteri sesamanya manusia" (Ul 22:23-24).
Apakah Maria takut akan konsekuensi itu ? Tentu saja tidak ! Karena Maria sangat mengerti akan upayanya selama ini untuk menjaga kesucian keperawanannya di hadapan Allah dan masyarakat. Dan Yusufpun sangat menghormati bahkan menjaga keperawanan suci gadis itu.Â