Gabriel datang kepada Zakharia untuk menyampaikan jawaban Tuhan atas doa dan harapan dia dan istrinya Elisabet yang mendambakan kehadiran seorang anak dalam sekian banyak waktu. Namun, Gabriel mendapati, sesungguhnya pasutri tersebut telah meninggalkan dan menanggalkan harapan bahwa Tuhan akan menjawab doa mereka. Walaupun Malaikat Gabriel menyampaikan 'kabar baik' sebagai jawaban bagi mereka bahwa Tuhan telah mendengar doa mereka, Zakharia yang sesungguhnya adalah 'petinggi iman', seorang imam yang melayani Allah di Bait Suci, menanggapinya bukan dengan keyakinan dan iman melainkan dengan keraguan dan kebimbangan, dengan pikiran dan perasaan ganda terhadap Tuhan, "Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu: 'Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi ? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya'" (Luk 1:18). Sikap dan perkataan Zakharia menunjukkan bahwa dia membutuhkan sebuah 'tanda', tanda yang bisa meneguhkan dirinya dan Elisabet !
Sebenarnya 'kebutuhan' Zakharia akan sebuah tanda itu manusiawi, namun dia melupakan 'tanda yang sedang dan sudah ada di depan matanya', "Maka tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan. Melihat hal itu ia terkejut dan menjadi takut" (Luk 1:11-12). Kehadiran Malaikat Gabriel seharusnya sudah lebih dari cukup untuk menjadi sebuah tanda ! Hal ini dipertegas oleh Gabriel, "Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu" (Luk 1:19).
Dan seketika itu juga Zakharia menerima 'hajaran' dari Gabriel yang tentunya dengan kehendak Allah, "Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya" (Luk 1:20). Dan terbuktilah 'hajaran' Gabriel, "Sementara itu orang banyak menanti-nantikan Zakharia. Mereka menjadi heran, bahwa ia begitu lama berada dalam Bait Suci. Ketika ia keluar, ia tidak dapat berkata-kata kepada mereka dan mengertilah mereka, bahwa ia telah melihat suatu penglihatan di dalam Bait Suci. Lalu ia memberi isyarat kepada mereka, sebab ia tetap bisu" (Luk 1:21-22).
Zakharia tetap bisu hingga pada suatu waktu di saat kelahiran Yohanes, anaknya, " ... seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah" (Luk 1:64), sesudah " ... mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: 'Namanya adalah Yohanes.' Dan merekapun heran semuanya" (Luk 1:62-63).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H