Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Orang-orang Farisi, Mungkinkah 'Beralih'?

19 Oktober 2024   18:08 Diperbarui: 19 Oktober 2024   18:22 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.carmelites.org.au/item/1453-washing-hearts-not-hands

Rasul Matius, yang mengintensikan Injilnya untuk orang-orang Yahudi sehingga adat istiadat dan budaya Yahudi serta ajaran Para Nabi sangat kental mewarnai Injil ini, sekali lagi 'bicara' tentang 'kuk' yang berasal dari Ajaran Taurat Musa yang digenggam erat dan ketat, bahkan sering kali 'diselewengkan', oleh ahli-ahli Taurat dan orang Farisi. "Lihatlah, murid-muridMu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat " (Mat. 12:2).

Kata Sabat disebutkan lebih dari 80 kali dalam Taurat. Mengapa Bangsa Yahudi sangat menghargai dan menghormati serta tidak mau melanggar Hukum Sabat ? "Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh" (Kel. 20:11). Dengan menghargai Sabat sesungguhnya Bangsa Yahudi ingin 'meniru Tuhan, imitatio Deo' dengan juga 'berhenti, beristirahat' pada hari ketujuh. Dan karena "Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya," (Kel. 20:11), merekapun, sekali lagi dalam kerangka imitatio Deo, sekuat tenaga, 'menjaga dan mengawal' kekudusan Hari Sabat.

Sungguh mengejutkan bagi orang-orang Farisi ketika mereka melihat dengan mata kepala sendiri, memergoki, "Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-muridNya memetik bulir gandum dan memakannya" (Mat. 12:1). Mungkin timbul pemikiran dalam diri orang-orang Farisi itu, "Bagaimana mungkin orang ini, Yesus dari Nazaret ini, yang selalu berbicara tentang Allah, yang sangat sering, dengan sangat percaya diri, menyatakan bahwa Allah itu BapaNya, bisa dengan seenaknya justru melanggar Perintah Allah ? Sungguh suatu pelanggaran yang tidak masuk akal !"

Tetapi mereka lebih terkejut lagi di saat Yesus menyampaikan kalimat yang juga lebih tidak masuk di akal bagi mereka, "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat" (Mat. 12:8), setelah sebelumnya Yesus menyampaikan berbagai contoh 'pelanggaran Sabat' oleh 'orang-orang hebat' termasuk Daud, Raja Besar itu.

Melalui sabda "Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan" (Mat. 12:7), yang analog dengan "Apakah Tuhan itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara Tuhan ? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan" (1 Sam. 15:22), Yesus mau mengingatkan bahkan mendesak orang-orang Farisi untuk memulai 'proses peralihan dan pertumbuhan' dari sekedar 'flexing rohani' melalui berbagai ketekunan dalam ibadat, ketaatan akan perintah Tuhan, devosi, ziarah, dan lain-lain, menuju belas kasihan yang sungguh nyata kepada "siapakah sesamaku manusia?" (Luk. 10:29).

Yesus mengajak orang-orang Faisi dan tentu juga semua orang, untuk menjadi seperti "seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan" (Luk. 10:33), yang kemudian menjadi "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya" (Luk. 10:37).

Dan kita yakin, kalaupun tidak semua, beberapa dari orang-orang Farisi itu mulai dan akan terus berproses dan beralih, walaupun dalam proses peralihan itu ada jatuh dan bangun, ada tegak dan tersungkur, ada luka dan cedera, ada kelemahan dan dosa, sembari berulang dan berulang berujar dan menyesali serta berupaya bertobat, "mea culpa, mea culpa, mea maxima culpa, Deus...."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun