Alzheimer adalah salah satu jenis demensia. Mengapa ada Lansia yang mengalami demensia dan ada yang tidak ? Mengapa ada Lansia yang 'diserang' demensia pada usia 60-an tetapi ada pula yang ingatannya masih oke, bahkan hingga usia 90-an ?Â
PenyakitJawabannya : karena tua tidak harus demensia, tua tidak harus Alzheimer ! Artinya, demensia termasuk Alzheimer, bukan bagian normal penuaan, walaupun demensia lebih sering terjadi pada Lansia.
Demensia merupakan sindrom atau kumpulan gejala, di mana terjadi kemunduran ingatan, kemunduran pemikiran, kemunduran perilaku, dan kemunduran kemampuan. Demensia juga menjadi salah satu penyebab utama kecacatan dan ketergantungan. Gangguan ini tentu saja berdampak secara fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi, baik pada penderitanya maupun pada orang lain, terutama keluarga dekat.
Penyakit Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak. Alzheimer terjadi karena ada penumpukan abnormal protein di jaringan otak yang menyebabkan kemunduran kerja saraf. Pada penyakit ini terjadi gangguan kognitif atau pemikiran dan gangguan perilaku sehingga fungsi sosial dan pekerjaan bisa terganggu pula.Â
Penyakit ini berkembang dalam waktu lama, bahkan dari 20 tahun sebelum muncul gejala. Seiring waktu, gejala Alzheimer makin lama makin memburuk. Â Hingga saat ini Alzheimer belum dapat disembuhkan.
Sejumlah faktor risiko Penyakit Alzheimer adalah : Â
- Usia : Alzheimer diderita oleh 1 di antara 14 orang yang berusia 65 tahun ke atas dan 1 di antara 6 Lansia 80 tahun ke atas
- Genetik : para pakar menyatakan faktor genetik kurang berperan pada Alzheimer.
- Cedera berat pada kepala atau leher : risiko menderita Alzheimer pada Lansia yang pernah mengalami cedera kepala sedang 2,3 kali lebih besar dibandingkan Lansia yang tidak pernah mengalami cedera kepala. Pada cedera kepala berat, risiko itu menjadi 4,5 kali lebih besar.
- Merokok : merokok berdampak buruk pada pembuluh darah dan sel, juga pada otak. Semakin banyak jumlah rokok yang diisap, semakin tinggi risiko terkena Alzheimer.
- Hipertensi : tekanan darah yang tinggi dalam jangka lama atau kronik dapat merusak pembuluh darah, termasuk di otak.
- Diabetes : kadar gula darah yang tinggi berpotensi merusak pembuluh darah dan saraf, tentu juga di otak.
- Gangguan lemak darah atau dislipidemia : lemak darah yang terganggu, terutama tingginya kadar 'lemak jahat' dan rendahnya kadar 'lemak baik' bisa menyebabkan terjadinya radang pada jaringan dan pembentukan enzim yang merugikan jaringan, termasuk jaringan otak.
- Stres : stres menyebabkan penurunan daya tahan atau imunitas dan peningkatan produksi hormon stres. Kedua hal ini merugikan bagi jaringan otak.
Kita perlu mewaspadai 'Gejala Peringatan' Penyakit Alzheimer, yaitu :
- Gangguan memori atau ingatan sampai mengganggu aktivitas harian.
- Kesulitan dalam perencanaan atau pemecahan masalah.
- Kesulitan menyelesaikan tugas yang sudah diketahui sebelumnya.
- Sulit mengetahui waktu dan tempat dengan tepat.
- Sulit memahami gambar yang seharusnya tampak jelas dan jarak antara benda yang satu dengan yang lain.
- Sulit bercakap-cakap dan menulis.
- Meletakkan barang di tempat tidak biasa dan sesudahnya merasa kehilangan.
- Sulit merawat diri seperti biasanya.
- Menarik diri dari perkerjaan dan pergaulan.
- Perubahan mood dan kepribadian.
Kita perlu berupaya agar terhindar dari 'serangan' Penyakit Alzheimer. Upaya yang dapat dilakukan adalah :
- Melakukan Latihan Fisik : latihan fisik yang teratur dan terukur, 150 menit dalam seminggu atau 30-45 menit sehari dalam 5-6 hari, dipercaya dapat menurunkan risiko terkena Alzheimer hingga 50%. Latihan fisik meningkatkan aliran darah dan oksigen ke otak, yang mungkin bermanfaat bagi sel-sel otak.
- Pengaturan Diet : pola makan 'penyehat' jantung juga dapat menjadi 'pelindung' otak. Pola diet semacam ini meliputi bahan makanan kaya serat berupa buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian, serta membatasi gula, garam, dan lemak jenuh.
- Aktivitas Mental dan Sosial : tetap aktif secara mental dan sosial dapat membantu mengurangi risiko demensia. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah membaca, mengisi teka-teki silang, belajar bahasa asing, memasak makanan dengan resep baru, memainkan alat musik, menjadi sukarelawan, atau ikut serta dalam kegiatan kelompok, termasuk olahraga, meditas, dan menari.
- Manajemen Stres : berdoa, meditasi, latihan fisik, dan latihan pernapasan merupakan contoh-contoh kegiatan yang bisa dilakukan untuk meredakan stres.
- Tidur yang 'Sehat' : tidur dengan kuantitas dan kualitas yang baik dapat membantu menurunkan risiko Alzheimer.
Kita lawan Alzheimer dengan pola hidup sehat, start from now ......!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H